Langsung ke konten utama

Gadang Lagi, Gadang Terus

Saya mulai menulis ini pada pukul 1.40 ditemani oleh suara ngorok suami yang kemungkinan besar besok akan menegur atau mungkin memarahi saya karena malam ini pun saya begadang, lagi. 

Seperti tulisan sebelumnya tulisan kali ini pun akan berisi tentang curahan hati. 

Dari Kebiasaan Sampai Tuntutan untuk Gadang

Sejak SMA atau mungkin SMP? Pokoknya itu waktu-waktu saya sudah mulai tinggal jauh dari orang tua. Iya sejak itu saya memang punya kebiasaan tidur larut atau bangun tengah malam hanya untuk membaca buku atau sama sekali tak melakukan apapun. Kebiasaan itu terbawa sampai sekarang walaupun alasannya berbeda. 

Karena Saya Seorang Ibu

Alasan utama adalah anak. Anak saya yang baru 17 bulan masih suka bangun setiap sekian jam untuk minta ASI. Beberapa teman saya yang sudah punya anak menceritakan kalau anak mereka makin besar dari sekitar usia empat bulanan lebih lelap tidur sampai pagi tanpa minta ASI. Itu tidak terjadi pada anak saya. Makin besar malah makin banyak dia konsumsi ASI. Saya sampai harus bantu pakai susu formula karena satu botol 120ml ASI bisa habis dalam beberapa menit.

Botol? Kok pake botol? Iya. Anak saya dari lahir memang kesulitan untuk nenen langsung ke ibunya. Penyebabnya adalah puting yang flat. Tidak sedikit ibu yang memiliki pengalaman yang sama, tapi setelah terus dilatih anaknya jadi jago untuk nenen langsung. Jangan salah. Saya latih terus sampe usia lima atau enam bulan. Yang ada anaknya marah-marah. Paling bertahan 20 detik terus setelah itu nangis.

Dari malam pertama dibawa ke rumah, untuk menyiasati supaya bayi tetap bisa nenen, ya gimana lagi, kami pakai dot. Jadi dipompa dulu, dimasukan ke botol. Semalaman bayinya nangis terus karena lapar tapi susah nenen. Ternyata kalau menurut bidan, bayi itu kalau sudah sekali saja dikasih dot, dia akan makin bingung puting dan pasti akan lebih milih pakai dot terus dibanding langsung ke ibunya. Kalau minum ASI nya pakai dot memang dia tidak perlu usaha lebih, ASi langsng ngalir aja.

Akhirnya sampai sekarang dan mungkin sampai dia berhenti ASI, saya harus pumping tiga sampai empat jam sekali. Siang malam ya begitu. Bayi tetap prioritas, jadi saya dengan senang hati melakukannya.

Karena Saya Penulis

Alasan kedua adalah hobi dan sekarang sudah menjadi mungkin pekerjaan. Saya menulis. 

Saya hanya bisa melakukan hobi ketika anak saya tidur. Karena saya begadang untuk menulis, saya alhamdulillah bisa melahirkan sebuah buku. Karena begadang untuk nulis juga saya bisa mengikuti lomba nulis pengalaman hidup dan lomba cerpen, yang dua-duanya alhamdulillah lolos untuk dibukukan. Saya juga mengikuti kelas antologi cerpen dan puisi yang tentu saja saya kerjakan sambil begadang. Alhamdulillah sudah selesai dan tiga-tiganya akan segera terbit.

Selain yang sedang berjalan, saya menyiapkan naskah untuk diterbitkan solo. Perjalanan masih panjang dan ada banyak sekali alur cerita dalam otak saya yang demikian berantakan bila tak segera dituliskan.

Menulis adalah healing bagi jiwa saya. Saya bahagia melakukannya.

Karena Lain-lain

Harus diakui kalau begadang tidak selalu produktif. Kadang niatnya menulis, malah tergoda nonton film. Setiap bulannya saya memiliki paket internet malam yang saya pikir akan mubazir bila disisakan. Nah waktu begadang itu saya bisa saja malah lee-leye streaming atau download fil.

Ya itu juga healing.

Trik Menghadapi Kemurkaan Suami

Hampir pasti setiap kali saya begadang, besoknya suami saya marah. Beralasan. Saya punya hidung yang sangat sensitif. Kalau dingin saya bersin, kalau panas juga bersin, kalau cium bau menyengat saya bersin, nyium bau parfum aja bersin. kalau malamnya gadang besoknya pasti bersin-bersin. 

Waktu kecil saya divonis alergi tanpa tahu pemicunya. Pokoknya alergi. Saya rasa begadang memberi efek negatif terhadap ketahanan tubuh saya. Bersin itu karena mungkin imun yang menurun, kurang tidur, dan cape. Walaupun sebetulnya jadwal gadang saya hanya akhir minggu yaitu malam Sabtu, malam Minggu, dan bonus malam Senin. Ini untuk gadang yang lama, yang kadang tidurnya besok siang bareng sama bayi.

Kalau sudah bersin kadang saya nyesel, kadang saya terima aja. Yang marah adalah suami. 

Bagaimana trik menghadapi kemurkaan suami? Jawabannya: Tidak ada. Dengerin aja. Dia bener dan pantas marah.

Dia selalu bilang kalau antara anak dan apapun itu seperti keinginan saya untuk menulis, tetap harus ada salah satu yang dikorbankan. Dalam hal ini menulis. Kalau saya terus gadang untuk nulis, tubuh saya yang kena. Saya bisa sakit. Seorang istri dan ibu tak boleh sakit. Urusannya bukan hanya menyangkut diri sendiri, tapi keluarga.

Saya berusaha keras agar semuanya tetap berjalan. Saya hanya belum menemukan cara yang tepat agar tak ada yang terbengkalai atau malah dikorbankan. Semangat, semangat!

Nah lalu kenapa malam ini masih gadang juga? Ceritanya saya tidur bareng anak dari jam 8 lalu bangun jam 11 untuk mompa ASI. Setelah itu saya ngemil sebentar, lalu saya lihat laptop. Lalu saya ingat blog. Lalu saya nulis.

Setelah melakukan beberapa hal saya sudah niat akan  tidur lagi sampai subuh. 

TAMAT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE GOLDEN STORIES OF KHADIJAH - Bag 2

RUMAH TANGGA PERTAMA DALAM ISLAM Rasul mencintai Khadijah dan sangat menghormatinya. Rasul bahkan menghormati sahabat-sahabat Khadijah sebagai penghormatan dan penghargaan padanya. Begitu pun Khadijah. Ia mencintai dan beriman pada suaminya, pada tujuan-tujuannya dan mencurahkan seluruh dirinya untuk itu. Kadijah yang kaya raya rela mengorbankan seluruh hartanya demi menunaikan dan menyebarkan agama Allah. Hartanya habis namun ketakwaannya bertambah. Kebesaran dan jasa Khadijah tidak hanya diakui Rasulullah dan orang-orang muslim, tetapi ia diakui dan mendapatkan penghormatan dan penghargaan langsung dari Allah. Dari pernikahan ini terlahir 4 orang anak yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah. Keempat anak ini disusui di luar Mekah untuk menghindari panas. Setelah disapih baru mereka diasuh ibu kandungnya. Khadijah menyerahkan semua urusan perdagangan pada suaminya, sementara urusan mengurus anak ia lakukan sendiri tanpa mengandalkan pembantu. Pembantu-pemban...

KACAMATA

Mengenai apa-apa yang akan saya tuliskan di sini, saya sulit menemukan judul yang tepat. Awalnya saya hanya baca kutipan Ir. Soekarno dalam buku yang beliau tulis judulnya “Sarinah”. Bunyi kutipannya adalah: “Tidakkah banyak laki-laki yang mendewi-tolol-kan istrinya?” – Ir. Soekarno. Sebagai seorang yang pernah menikahi 9 istri, tidak sedikit yang menganggap beliau sebagai womanizer. Nah dengan buku “Sarinah” ini, tuduhan tersebut terbantahkan. Saya juga belum baca bukunya, tapi saya baca review-review nya di internet. :D Selain karena baca ini, saya juga akhir-akhir ini mengikuti salah satu feminis yang cukup aktif dan vokal di sosial media. Jadi sedikit banyak menginspirasi saya untuk menuliskan sesuatu tentang perempuan, terutama dari kaca mata laki-laki. KACAMATA PEREMPUAN Satu hal yang saya rasa sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan adalah bagaimana kita saling mempengaruhi secara seksual? Saya agak sulit membahasakannya. Yang saya maksud adalah mis...