Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

BELAJAR DARI KISAH NABI ZAKARIA AS

Malam kemarin saya ngobrol ngalor ngidul dengan teman tentang doa. Kami masing-masing menyadari beberapa hal, mungkin juga terjadi pada siapa saja, ternyata apa yang kita dapatkan saat ini adalah apa yang pernah kita minta dalam doa beberapa bulan atau bahkan tahun sebelumnya. Interesting , padahal kadang kita sendiri lupa dulu pernah minta apa. Ngomong-ngomong soal doa dan kesabaran, saya selalu ingat kisah Nabi Zakaria. Sebagai orang yang cukup emo :D saya sering sedih baca kisahnya. Kalau ada yang keliru dari tulisan saya, tolong kasih tahu & betulkan. Nabi Zakaria a.s merupakan ulama besar di kalangan Bani Israil   dan masih keturunan Nabi Sulaiman a.s. Istrinya adalah saudara perempuan Hannah, sedangkan Hannah ialah istri Imran seorang pembesar di kalangan Bani Israil. Hannah dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Maryam. Jadi Nabi Zakaria a.s adalah paman dari Siti Maryam, ibu Nabi Isa. Nabi Zakaria juga mengasuh Maryam setelah Imran wafat. Dalam berbaga

Assalammualaikum Sahabat

Sabtu adalah setenang-tenangnya malam, seperti sekarang. Kosan saya letaknya tepat menghadap mesjid, hanya terhalang lapang voli yang ada ring basketnya. Di lapang voli ini rutin tiap minggu sekali ada ibu-ibu senam SKJ. Nah kalau malam-malam di mesjid juga sering ada kegiatan pengajian atau solawatan termasuk malam ini. Kamar saya di lantai atas, saya buka pintunya lebar banget. Kadang semalaman saya biarin kebuka aja. Setelah pintu kamar masih ada satu pintu lagi yang dikunci Ibu kos. Lampu kamar saya matiin biar adem. Selain saya ada 3 orang lainnya yang kos di sini juga. Baik-baik semua. Saya nggak khawatir kejadian apa-apa. Naifnya :D Tanpa niat menulis sama sekali, saya tetiba mengingat sesutu, eh bukan, seseorang yang penting. Saya mau ceritakan tentang dia di sini. *** Saya sebetulnya jarang curhat sama orang lain, karena punya sedikit trust issue. Saya nggak suka jadi bahan gosip orang lain yang awalnya saya pikir akan dijaga antara saya dan dia saja ter

Genangan

Bagian paling pagi dari kita adalah bahwa kamu dan aku sama-sama suka menikmati hidup di ketiak senja. Di suatu hujan, kamu menjadi sedikit lebih puitis dari biasanya. "Sayang, apa kamu makan bunga?" Aku tertawa, tak kuat ingin muntah. Kami tak pernah sayang-sayangan. "Nggak?" Jawabku, masih fokus scroll Instagram. "Heran." Dia melirik hp ku, lalu mengintip mataku. "Kok kamu cantik terus." Diam-diam mengharapkan reaksiku, tak pernah kuberikan. Lalu di luar masih hujan, meninggalkan genangan. *** Kalau bukan Tuhan, aku tak tahu apa yang mempertahankan pernikahan ini. Aku tak pernah sedetik pun tidak mencintainya. Dia pun begitu, mati-matian mencintai, entah siapa, yang bukan aku. Hari pertama adalah saat paling menyakitkan. Aku mati rasa, bukan sedih, bukan bahagia. Aku menangis hingga detik ke sekian sebelum akad nikah. Lalu tangis itu berulang hingga tahun-tahun berikutnya. Aku menggangguk saat dia ingin jadikan pe