Langsung ke konten utama

Postingan

Batas

  Saya menyadari betapa banyaknya batasan ketika kita ingin menulis karya sastra. Itu membuat saya merasa terkekang. Seperti bagaimana sebuah tulisan tak boleh mengandung SARA. Apa yang dimaksud di sini? Apakah karya seperti Da Vinci Code itu menurut aturan orang Indonesia dianggap SARA? Sebab di novel tersebut disinggung tentang keturunan Yesus yang masih hidup sampai masa ini. Kemudian apakah apabila kita menceritakan pembunuhan yang didasarkan pada kesalahan interpretasi pembunuh terhadap isi ayat-ayat dalam kitab tertentu itu juga SARA? Padahal plot cerita seperti ini di Negara lain malah sampai dibuat film. Lalu sebuah tulisan juga tak boleh mengandung unsur LGBTQ. Saya tidak membenarkan apalagi menormalisasi dan meromantisasi LGBTQ. Namun menurut saya bila sebuah karya menceritakan hal baik dari itu, misalnya seseorang yang berusaha keras untuk menyembuhkan diri (maaf, saya memang menganggap ini sebagai penyimpangan yang seharusnya bisa disembuhkan alias penyakit) dari hal
Postingan terbaru

PENGALAMAN PERTAMA IKUT KELAS MENULIS BERSAMA PENERBIT RUANG KARYA

  Saya senang menulis. Namun, baru tahun ini saya dengan serius membulatkan niat untuk menjadi penulis dengan cara menerbitkan buku, mengikuti kompetisi menulis, menulis di wattpad, mengirim tulisan di media online dan kertas, dll. Saya heran juga, kenapa saya memutuskannya sekarang. Sekarang saat saya sedang sibuk-sibuknya dengan rumah tangga yang baru seumur jagung dan anak yang masih sangat kecil. Padahal tahun-tahun sebelumnya saya memiliki lebih banyak waktu luang untuk mewujudkan mimpi saya menjadi penulis. Salah satu pendorongnya adalah bagaimana saya melihat teman-teman saya menerbitkan buku-buku mereka. Keren. Singkat cerita saya juga melihat teman-teman saya membagikan cerita mereka mengikuti kelas-kelas kepenulisan. Suami saya menyarankan saya untuk mengikuti kelas kepenulisan juga. Maka sekarang saya menurutinya. Bukan karena semata-mata disuruh suami, tapi saya juga memang tertarik dan penasaran dengan kelas kepenulisan yang diadakan penerbit. Sampai hari ini ada dua

Gadang Lagi, Gadang Terus

Saya mulai menulis ini pada pukul 1.40 ditemani oleh suara ngorok suami yang kemungkinan besar besok akan menegur atau mungkin memarahi saya karena malam ini pun saya begadang, lagi.  Seperti tulisan sebelumnya tulisan kali ini pun akan berisi tentang curahan hati.  Dari Kebiasaan Sampai Tuntutan untuk Gadang Sejak SMA atau mungkin SMP? Pokoknya itu waktu-waktu saya sudah mulai tinggal jauh dari orang tua. Iya sejak itu saya memang punya kebiasaan tidur larut atau bangun tengah malam hanya untuk membaca buku atau sama sekali tak melakukan apapun. Kebiasaan itu terbawa sampai sekarang walaupun alasannya berbeda.  Karena Saya Seorang Ibu Alasan utama adalah anak. Anak saya yang baru 17 bulan masih suka bangun setiap sekian jam untuk minta ASI. Beberapa teman saya yang sudah punya anak menceritakan kalau anak mereka makin besar dari sekitar usia empat bulanan lebih lelap tidur sampai pagi tanpa minta ASI. Itu tidak terjadi pada anak saya. Makin besar malah makin banyak dia konsumsi ASI. S

Pura-pura Sibuk, Sibuk Berpura-pura

 Assalammualaikum. Selamat malam. Menulis di sini untuk kasih update bahwa kehidupan saya terutama setelah menjadi ibu berubah berratus-ratus derajat sibuknya. Sesibuk itu? Iya, sesibuk itu. Kamu belum ngerasain ya yang namanya pingin 'me time' mesti melek tenga malem hanya demi nonton movie favorit misalnya, karena kalo bukan waktu tidur, ya...emang nggak ada waktu lain. Saya nggak anggap anak sebagai beban, tapi kalo dia bangun bahkan kalo dia tidur, perhatian dan seluruh jiwa raga saya hanya fokus ke dia. Dia lagi aktif banget belajar jalan. Jarang banget duduk lama, itungan detik. Sisanya jalan-jalan yang masih sempoyongan, belum ajeg dan dikit-dikit atu atau kejedot. Inget anak tuh bukan pemberian tapi titipan. Maka nggak bole ngasal pengasuhannya. Lalu saya masi berusaha untuk produktif dalam hal lain. Saya masi aktif bagiin info-info tentang pendidikan di IG, membaca dan meriviu buku di YouTube, jualan buku dan makanan sehat, dan yang udah diimpikan sejak lama adalah men

Us, Melawan Dirimu yang Lain

Debut Jordan Peele sebagai sutradara di tahun 2017 melalui film horor Get Out, adalah kesuksesan besar secara komersial (lebih dari $ 250 juta di seluruh dunia, dari anggaran $ 4,5 juta). Film ini memenangkan film dengan skenario film Oscar terbaik. Secara budaya film ini juga menuai sukses, terbukti dengan bagaimana "The Sunken Place" telah menjadi bagian dari bahasa. Pada tahun 2019 Peele kembali dengan film Us. Dalam film ini, setiap orang memiliki doppelganger atau kembaran, yang tidak ingin kita temui. Tapi itulah yang terjadi pada keluarga Lupita Nyong'o dan Winston Duke dalam film Us. Seperti Get Out, film Us juga mengandung penuh dengan metafora - hanya di Us, alegori ini jauh lebih ambigu. Hal ini terutama karena hubungan rumit antara karakter utama, Adelaide, dan wanita misterius, Red, yang muncul dari masa lalunya. Kedua wanita dimainkan oleh Lupita Nyong'o. Dalam wawancaranya dengan the guardian, Jordan Peele menceritakan kisah menyeramkan ketika ia

REVIEW BUKU: TEACH LIKE FINLAND

Mengapa saya tertarik membaca buku ini? Salah satu alasannya adalah karena negara Skandinavia ini disebut-sebut sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik. Fakta membuktikan bahwa hasil PISA (Programme for International Student Assesment) pertama pada 2001 Finlandia menempati peringkat 1 untuk reading, maths, dan sciences di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi. Apa itu PISA? PISA diselenggarakan Organisation for Economic Cooperation and Development dengan tujuan mengevaluasi sistem pendidikan di lebih dari 70 negara. Cara mengevaluasinya yaitu dengan melihat kemampuan remaja usia 15 tahun dalam menggunakan konsep-konsep pelajaran yang sudah mereka pelajari. Teach Like Finland ditulis oleh Timothy D. Walker, seorang guru yang sebelumnya mengajar di Boston, USA. Dia sering merasa tertekan dan stres karena pekerjaannya. Suatu ketika, Timothy pindah mengikuti istrinya yang berkebangsaan Finlandia. Ketika Timothy D. Walker mulai mengajar kel

REVIEW BUKU: JAMINAN – YUSUF MANSUR

Assalammualaikum, nulis lagi di era new normal, habis ramadhan, habis lebaran, hampir setahun menikah, sudah lahiran juga alhamdulillah. Ternyata banyak yang berubah. Baru kali ini nulis di blog sambil nunggu bayi yang lagi tidur. Semoga jadi anak soleh. Yang saya tulis ini  isi buku "Jaminan" dari ust. Yusuf Mansur  versi visual nya bisa ditonton di sini:  https://www.youtube.com/watch?v=r_cJS4h5Nxw Semoga bermanfaat.  *** “Hidup kita sejatinya sudah dijamin oleh Allah, Sang Maha Penjamin. Asalkan kita jaga segel-segelnya. Jangan dirusak.” GARANSI Jaminan Allah itu seperti garansi barang ori. Dalam QS Huud:6: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata(Lauh Mahfuz).” Urusan rezeki adalah sepenuhnya urusan Allah, bukan urusan kita, makhluk. Tak akan habis kekayaan Allah karena menjamin