Mengapa saya tertarik membaca buku ini? Salah satu alasannya adalah
karena negara Skandinavia ini disebut-sebut sebagai negara dengan sistem
pendidikan terbaik. Fakta membuktikan bahwa hasil PISA (Programme for
International Student Assesment) pertama pada
2001 Finlandia menempati peringkat 1 untuk reading, maths, dan sciences
di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi.
Apa itu PISA? PISA diselenggarakan Organisation
for Economic Cooperation and Development dengan tujuan mengevaluasi sistem
pendidikan di lebih dari 70 negara. Cara mengevaluasinya yaitu dengan melihat
kemampuan remaja usia 15 tahun dalam menggunakan konsep-konsep pelajaran yang
sudah mereka pelajari.
Teach Like Finland ditulis oleh Timothy D. Walker, seorang guru yang
sebelumnya mengajar di Boston, USA. Dia sering merasa tertekan dan stres karena
pekerjaannya. Suatu ketika, Timothy pindah mengikuti istrinya yang
berkebangsaan Finlandia.
Ketika Timothy D. Walker mulai
mengajar kelas 5 di sebuah sekolah negeri di Helsinski, ia mencatat
rahasia-rahasia di balik kesuksesan sekolah- sekolah Finlandia. Walker
menuliskan artikel-artikel di Atlantic yang menuai tanggapan antusias. Dalam
buku ini, ia mengumpulkan semua temuan tersebut, dan menjelaskan pada para
pengajar, cara untuk mengimplementasikannya.
Pendekatan Finlandia ternyata lebih lunak contohnya
hari sekolah yang pendek, beban PR yang ringan, dan sedikitnya tes dengan
standar tertentu. Hal ini telah mematahkan pandanga tradisional tentang
bagaimana mendapat hasil belajar yang luar biasa.
Berikut daftar isinya:
- Kesejahteraan
·
Jadwal
istirahat otak
·
Belajar
sambil bergerak
·
Recharge
sepulang sekolah
·
Menyederhanakan
ruang
·
Menghirup
udara segar
·
Masuk
ke alam liar
·
Menjaga
kedamaian
- Rasa
Dimiliki
·
Mengenal
setiap anak
·
Bermain
dengan murid-murid
·
Merayakan
pembelajaran mereka
·
Mengejar
mimpi kelas
·
Menghapus
perisakan (bullying)
·
Berkawan
- Kemandirian
·
Mulai
dengan kebebasan
·
Meninggalkan
batas
·
Menawarkan
pilihan
·
Buat
rencana bersama siswa Anda
·
Buat
jadi nyata
·
Tuntutan
tanggung jawab
- Penguasaan
·
Ajarkan
hal-hal mendasar
·
Gunakan
buku pegangan
·
Manfaatkan
teknologi
·
Memasukkan
musik
·
Menjadi
pelatih
·
Buktikan
pembelajaran
·
Mendiskusikan
Nilai
- Pola Pikir
·
Mencari
flow
·
Berkulit
tebal
·
Kolaborasi
lewat kopi
·
Menyambut
para ahli
·
Melepaskan
diri untuk berlibur
·
Jangan
lupa bahagia
Strategi paling penting dalam buku ini
sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana. Jangan lupa bahagia. Rupanya
inilah yang menjadi filosofi penting pendidikan Finlandia. Kebahagiaan harus
diraih dalam proses belajar-mengajar. Finlandia menghargai kebahagiaan di atas
pencapaian.
Menurut Seppala dalam Happiness Track,
“Penelitian yang dilakukan dekade demi dekade telah menunjukkan bahwa
kebahagiaan bukanlah hasil dari kesuksesan melainkan kunci dari keukesan”.
Pondasi untuk merasakan kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan pokok.
Raj Raghunathan, profesor dari Sekolah
McCombs, Universitas Texas di Austin dan pengarang If You’re So Smart, Why
Aren’t You Happy (2016), mengajukan 4 bahan kebahagiaan (jika kebutuhan dasar
seperti makanan dan papan telah terpenuhi): rasa memiliki (keterlibatan),
kemandirian, penguasaan, dan pola pikir (Pinsker, 2016). Satu bahan yang Walker
tambahkan ke dalam daftar ini adalah kesejahteraan, yang ia lihat sebagai
fondasi untuk mengembangkan komponen lainnya. Dalam buku ini, Walker telah
menyusun 33 strategi sederhana terkait 5 bahan kebahagiaan yang diterapkan
dalam konteks kelas yang menyenangkan.
KESEJAHTERAAN
Kesehatan fisik peserta didik
Sekolah di Finlandia memiliki aturan jam istirahat yang cukup unik.
Setiap pergantian jam pelajaran, diselingi dengan istirahat 15 menit. Dalam
waktu 15 menit, anak-anak bisa meregangkan badan, menghirup udara segar, ataupun
sekedar membaca buku. Jeda istirahat diyakini penting untuk mengistirahatkan
otak sehingga kita lebih mudah dalam menyerap informasi-informasi setelahnya.
Para pendidik di Sekolah Dasar Eagle Mountain
di Forth Worth, Texas, melaporkan suatu perubahan yang signifikan dalam diri
siswa, yang mendapatkan 4 kali istirahat 15 menit setiap hari; sebagai contoh,
mereka menjadi lebih fokus, dan mereka jarang mengeluh lagi. Seorang guru kelas
satu bahkan melihat bahwa siswanya berhenti mengunyah-ngunyah pensil (Connelly,
2016).
Finlandia juga menaruh perhatian besar terhadap kesehatan fisik peserta
didik. Pemerintah Finlandia menginisiasi gerakan Finnish Schools on the Move.
Salah satu yang dilakukan di sekolah tempat Timothy mengajar adalah dengan
dibentuknya recess activator atau penggiat istirahat. Penggiat istirahat ini
adalah murid tingkat atas yang sepekan sekali akan mengajak murid yang lebih
muda untuk memainkan suatu permainan. Untuk anak-anak tingkat menengah, sekolah
bisa memberi waktu 30 menit setiap hari untuk aktivitas fisik. Tujuan dari
gerakan ini semata hanya untuk memastikan bahwa pelajar tetap aktif dan sehat.
Belajar sambil bergerak
Penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular,
memperbaiki fungsi kognitif (ingatan & pehatian) dan secara positif
mempengaruhi kesehatan mental (Walker, 2015).
Dalam Rapor Finlandia 2014 mengenai Kegiatan Fisik untuk Anak-anak dan
Kaum Muda, anak-anak di Finlandia mendapat nilai D untuk semua tingkat kegiatan
fisik. Di tahun 2013 satu studi mengungkapkan bahwa hanya separuh siswa sekolah
dsar Finlandia yang mampu memenuhi standar nasional yaitu setidakya terlibat
dalam 1 jam kegiatan fisik sedang hingga berat setiap hari. Di antara siswa
sekolah menengah angkanya bahkan lebih buruk 17% (Walker, 2015).
Recharge Sepulang Sekolah
Beban mengajar full time rutin di sekolah Helsinki hanya 24 jam per
minggu, jika istirahat 15 menit ikut dihitung hanya 18 jam tatapmuka per
minggu. Jadi di sana guru juga memiliki banyak waktu untuk membahagiakan diri
mereeka sendiri. Contohnya dengan mengobrol dengan guru lainnya sambil meminum
kopi serta dengan pulang tepat waktu.
Rutinitas mengisi ulang tidak hanya berlaku bagi guru tapi juga bagi
siswa. Siswa juga pulang tepat waktu, tidak ada tambahan jam atau semacamnya.
Mengenai PR, banyak diinformasikan di internet atau media lainnya bahwa guru
tidak memberikan PR di Finlandia. Sayangnya itu tidak benar. PR tetap ada namu
PR yag diberikan juga seminimal mungkin sehngga siswa memiliki lebih banyak
waktu untuk mengisi ulang di malam hari.
Menyederhanakan Ruang
Guru di Finlandialebih suka meminimalkan jumlah barang yang ditempel di
tembok kels dan lorong-lorong. Rupanya ini menjadi sifat alami mereka.
Mantra “sedikit itu banyak” diamini oleh orang Finlandia, ini dibuktikan
dengan desain orang Finlandia yang minimalis. Ternyata berdasarkan penelitian,
ruang kelas yang memiliki terlalu banyak dekorasi berpotensi membuat siswa
sulit fokus pada pelajaran.
Menghirup Udara Segar
Dalam poin ini diceritakan pentingnya membuka jendela terutama untuk
ruang kelas yang pengap. Siswa Finlandia terbiasa melakukan hal ini. Di
Finlandia bahkan ada beberapa peraturan yang sangat jelas tentang berapa banyak
siswa yang boleh berada di satu ruangan.
Bagaimana orang Finlandia sangat menghargai udara segar terlihat dari
seringnya orangtua yang membiarkan bayi mereka yang sedang tidur dalam kereta
bayi di balkon rumah walaupun udara sangat dingin. Alasannya karena bayi akan
tidur lebih baik di luar ruangan.
Masuk ke alam liar
Louv menunjukkan dalam Last Child in the
Woods ide pendidikan berbasis lingkungan yang telah berusia lebih dari 100
tahun.
Berikut ini beberapa kegiatan yang pernah dibuat
dengan anak-anak sekolah dasar di Boston: menuliskan observasi dan menyelidiki
jurnal-jurnal sains mengenai obyek alami (seperti batu, buah pohon cemara, dan
bulu unggas) yang ditemukan di lapangan sekolah, mendokumentaskan kehidupan
liar di sekitar halaman sekolah menggunakan kamera digital dan mengunggah
foto-foto ke panduan online kami, serta mengumpulkan objek-objek alami,
menguraikan dedaunan dan batu-batu besar, untuk diletakkan di habitat kecebong.
Saya menyarankan Anda untuk mulai memikirkan tempat-tempat alami yang dapat
digunakan yang mungkin jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan dari sekolah
Anda.
Menjaga Kedamaian
Guru dan urid di sekolah di Finlandia terlihat tenang, tidak
terburu-buru,dan bebas dari tekanan terutama dengan tradisi baik di rumah dan
sekolah untuk bekerja atau belajar tanpa menggunakan alas kaki. Finlandia juga
mengapresiasi keheningan yang terutama paling terasa saat perayaan Hari
Kemerdekaan Finlandia. Hari kemerdekaan tidak dirayakan dengan kerumunan,
kembang api, keramaian dll tapi dengan menyalakan lilin dalam sepi di
rumah-rumah sambil mengenang para prajurit yang telah gugur.
RASA DIMILIKI
Mengenal Setiap Anak
Seorang anak penting untuk merasa dimiliki di sekolahnya. Guru sebisa
mungkin mencoba untuk dekat dengan murid-muridnya. Mengenal setiap anak sangat
penting, dapt diaplikasikan dengan berdiri di depan pintu dan menyapa siswa
satu per satu. Salah satu cara guru-guru Finlandia dalam mendekatkan diri
dengan anak-anak didiknya juga dengan makan bersama murid-murid. Tentu ini
tidak setiap saat mereka lakukan, tetapi biasa dijadwalkan.
Bermain dengan murid-murid
Dalam poin ini dicontohkan Walker memimpin senam, bermain kick the
can,main bingo, dll.
Merayakan pembelajara siswa
Menurut Timothy, rasa dimiliki dalam konteks kegiatan belajar-mengajar
juga dapat hadir ketika kita merayakan hasil pembelajaran siswa. Di Finlandia,
anak-anak sekolah umum (bukan sekolah kejuruan) bisa mendapatkan pendidikan
vokasi seperti menjahit, memasak, bahkan kelas pertukangan kayu. Anak-anak di
kelas memasak, misalnya, akan diberi waktu cukup untuk bisa menikmati bersama
makanan yang telah mereka buat hari itu. Ketika pelajaran bahasa, misalnya,
anak-anak akan diberi kesempatan untuk membacakan puisi yang telah dibuatnya di
kelas.
Mengejar mimpi kelas
Kemah sekolah adalah perayaan belajar yang besar di Finlandia karena ini
diselenggarakan di penghujung tahun ajaran sekolah. Untuk melaksanakan kemah
ini siswa memiliki tanggung jawab besar karena mereka harus menggalag dana
sendiri yang jumlahnya kadang sampai ribuan euro. Hal ini juga mendorong rasa
kesatuankelas yang kuat.
Menghapus Bullying dengan KiVa
Bahkan di negara seperti Finlandia pun, kasus bullying di sekolah masih
bisa ditemukan. Yang unik dari sekolah-sekolah di Finlandia adalah bagaimana
mereka menyelesaikan kasus bullying melalui program nasional bernama KiVa. KiVa
diambil dari bahasa Finlandia kiusaamista vastaan yang artinya menghapus
bullying. Seperti apa program KiVa ini?
Katakanlah ada kasus bullying antara dua siswa. Siswa yang merasa
menjadi korban dapat melapor ke guru untuk mengajukan pertemuan KiVa.
Sebenarnya tidak harus siswa yang menjadi korban, tetapi teman ataupun guru
yang melihat kasus bullying pun juga bisa melaporkan. Guru dan anak-anak yang
berkonflik ini akan mengisi formulir untuk diserahkan kepada tim KiVa. Tim KiVa
sendiri terdiri dari guru dan murid yang lebih tua. Pertemuan KiVa akan
dihadiri oleh guru, dua pihak siswa, dan murid yang lebih tua sebagai
fasilitator. Murid yang lebih tua ini, sebelumnya sudah mendapat pelatihan
untuk bisa menjadi fasilitator KiVa. Dia akan membantu kedua pihak untuk
mengidentifikasi masalah dan mencari solusi bersama.
Menariknya, dalam KiVa, kata "maaf" bukanlah suatu kewajiban.
Tujuan KiVa bukan untuk memaksa anak meminta maaf secara tidak sungguh-sungguh,
tetapi untuk mencari dan menyelesaikan masalah. Usai pertemuan pertama,
biasanya akan terdapat follow-up apakah masih terjadi masalah. Jika masalah
tetap ada, maka orang tua akan dilibatkan.
KEMANDIRIAN
Tidak seperti di kebanyakan negara lain, anak kelas 5 di Finlandia
pulang dan pergi sekolah sendiri tanpa diantar orang tua. Beberapa dari mereka
menggunakan kereta bawah tanah, trem, berjalan kaki atau bersepeda. Bahkan
seorang anak kelas 2 mengatakan selain pulang pergi sendiri, ia sering harus
menyelesaikan pekerjaan rumah dan memasak camilan sendiri (telur goreng
kegemarannya) karena saat pulang, orang tuanya sering kali tidak ada di rumah.
Ternyata banyak dari anak-anak di Finlandia sudah pulang pergi sendiri sejak
sebelum TK.
Anak-anak di Finlandia tampaknya lebih mandiri daripada teman-temannya
di Amerika atau negara lain karena banyaknya kesempatan, di rumah atau sekolah
untuk melakukan banyak hal sendiri, tanpa bantuan orang lain. Sehingga mereka
lebih mampu mengarahkan dirinya sendiri sebagai pelajar.
Mulai dari Kebebasan
Contohnya adalah Minggu BelaJar Mandiri, di mana siswa dibiarkan belajar
mandiri tanpa arahan guru. Di dalam kelas kadang anak-anak ingin melakukan
hal-hal yang terlalu sulit mereka selesaikan secara mandiri. Misalnya
memecahkan soal matematika yang sangat sulit atau membaca teks dengan tingkat
baca di atas kemampuan mereka. Dalam hal ini guru memiliki 2 pilihan,
membiarkan mereka menyelami tantangan ini atau menyetir mereka.
Siswa biasanya senang saat guru emberi lampu hijau pertanda guru
mempercayai kemampuan mereka. Saat mereka gagal menyelesaikan tantangan itu
pun, setidaknya mereka telah membuktikan pada diri mereka sendiri bahwa mereka
belum cukup siap.
PENGUASAAN
Menurut Sahlberg, gap prestasi antara siswa Finlandia dengan Jepang,
Korea dan Hong Kong cukup dekat. Siswa Finlandia tampaknya menguasai semua
pengetahuan dan keahlian mereka tanpa bantuan tutor pribadi, kelas tambahan
seusai sekolah, atau setumpuk PR seperti siswa Asia Timur. Lebih lanjut lagi,
perbedaan performa pendidikan di antara sekolah-sekolah Finlandia yang menjadi sample dalam studi ini sangat kecil.
Walaupun hasil akademik anak-anak berusia 15 tahun Finlandia terbenam dalam
PISA tahun 2009, 2012, dan 2015, data PISA megungkapkan bahwa bangsa Nordik ini
secara konsisten menunjukkan hasil pembelajaran yang tinggi tanpa menghiraukan
status sosio ekonomi siswanya.
Ajarkan Hal-hal Mendasar & Gunakan Buku
Pegangan
Dalam bab ini dijelaska bahwa guru Finlandia mengajarkan hal-hal
mendasar dan masih menggunakan buku pegangan/paket untuk mengajar. Menurut
mereka materi pembelajaran komersil yang solid bila digunakan denga strategis
akan membantu anak-anak menguasai isi pembelajaran. Namun tentu isi buku paket
yang digunakan pun hanya yang relevan.
Manfaatkan Teknologi
Setiap SD di lingkungan perkotaan miskin di Massachusetts memiliki lab
Mac dengan 25 komputer baru yang diganti setiap beberapa tahun sekali. Mereka
juga mempekerjakan guru IT full time.
Sementara di Helsinki lab pertama yang dikunjungi Walker dilengkapi dengan 20
laptop, yang tampaknya dibeli 10 tahun sebelumnya. Beberapa di antaranya rusak
atau terlihat perlu segera diganti. Setiap kelas memliki 1 komputer, kamera
dokumentasi, proyektor, beberapa kelas memiliki smart board namun banyak guru
kesulitan menggunakannya. Sekolah juga tidak mempekerjakan guru IT full time sehingga semua guru diharapkan
melek teknologi.
Hal ini berbeda dengan ekspektasi kita semua yang ternyata integrasi
teknologi di Finlandia bukan sebuah penekanan utama. Sementara tentu kita semua
tidak percaya teknologi tidak diperlukan di dalam kelas. Meski demikian sekolah
Finlandia telah membuktikan bahwa siswa dapat menguasai konten dan keterampilan
yang pentig tanpa perlu membeli gawai dengan teknologi terbaru.
Memasukkan Musik
Siswa kelas 5 di Finlandia memiliki jumlah pelajaran matematika yang
sama dengan jumlah pelajaran musik: 3 jam per minggu. Ternyata berdasarkan
penelitian, musik dapat membantu memperbaiki keterampilan membaca dan bahasa
siswa. Musik juga dapat mempengaruhi sistem syaraf untuk menciptakan pelajar
yang lebih baik, membantu mengurangi jurang akademik antara yang mikin yang
tidak sekolah dengan siswa yang sekolah, mengembangkan ingatan, fokus yang
lebih besar dan komunikasi yang lebih baik.
Buktikan Pembelajaran & Mendiskusikan
Nilai
Pendidik Finlandia menawarkan penilaian yang lebih lengkap daripada
Amerika. Penilaian tradisional Finlandia adalah anak-anak di beberapa sekolah
bahkan diberi peringkat berupa angka untuk setiap mata pelajaran di akhir
semester mulai dari 4-10. Pada musim gugur 2016 sistem ini diganti pada 2016
dengan tidakmemberi nilai dengan angka-angka tapi dengan penilaian naratif.
Berikut contoh tes kelas 6 beberapa mata pelajaran:
Fisika: Jelaskan prinsip “pembumian”. Dalam penjelasanmu gunakan istilah
“konduktor petir”. Tulis kalimat dan diagram dengan label untuk mendukung
penjelasan Anda.
Geografi: Apakah perbedaan antara zona vegetasi dan zona iklim? Jelaskan
dengan kata-katamu dan buatlah diagram jika diperlukan.
Sejarah: Mengapa orang-orang bermigrasi ke Finlandia? Jelaskan
pemikiranmu.
Kimia: Bayangkan kamu diminta untuk mencari tahu apakah pasta gigi masuk
asam atau basa. Berpikirlah seperti seorang ilmuwan, apa yang akan kamu
lakukan?
Penilaian juga bisa dilakukan dalam diskusi, kerja kelompok, dan
penilaian formatif.
Di Finlandia guru sering mendiskusikan nilai dengan masing-masing siswa.
Hal ini dilakukan sebagai refleksi pembelajaran, bahan bagi siswa untuk
mengembangkan diri mereka.
POLA PIKIR
Orang Finlandia tampaknya memegang moto “bekerja untuk hidup”, bukan
sebaliknya. Sehingga tidak seperti Amerika, mereka serius dalam bekerja, namun
di waktu luang mereka tenggelam dengan hobi mereka masing-masing dan tidak
menggunakan waktu tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan profesi mereka.
Bahan kelima kebahagiaan menurut Walker adalah pola pikir. Ini merupakan
bahan paling krusial untuk membina kelas yang menyenangkan.Ada 2 pandangan
predominan yang dibawa manusia dalam kehidupannya menurut Raj Raghunathan.Satu
ekstrem menggunakan scarcity-minded (menekankan kelangkaan), dimana kemenangan
saya berujung pada kekalahan orang lain. Yang kedua adalah abundance oriented
(berorientasi pada kelimpahan), di mana ada ruang bagi orang lain untuk tumbuh.
Banyak guru Finlandia tampaknya menggunakan yang kedua. Mereka tidak
bergantung pada guru lain, namun juga banyak berkolaborasi tanpa memandang satu
sama lain sebagai pesaing.
Berkulit Tebal
Guru harus percaya diri bahwa ia
adalah profesional, dan memiliki keahlian sebagai guru. Ia harus memiliki tekad
dan berani menghadapi kesulitan terutama dalam hal menghadapi kkecewaan orang
tua terhadap dirinya.
Jangan Lupa Bahagia
Di seluruh dunia tampaknya mulai muncul gerakan untuk memprioritaskan
kebahagiaan di lingkungan sekolah. Studi menunjukkan bahwa kesejahteraan siswa
dan nilai tes standar secara signifikan didorong oleh kurikulum kebahagiaan. Di
Finlandia sejak 2016, sekolah menerapkan kurikulum terbaru di mana kebahagiaan
diberi tempat utama sebagai suatu konsep pembelajaran.
Menurut Walker sendiri sepertinya lebih mudah untuk tidak menomorsatukan
kebahagiaan dalam ruang kelas. Namun ternyata kebahagiaan pula lah yang membuat
Walker tetap mengajar. Sehingga strategi paling penting dalam buku ini
sebenarnya “jangan lupa bahagia”.
Komentar
Posting Komentar