Langsung ke konten utama

REVIEW BUKU: TEACH LIKE FINLAND

Mengapa saya tertarik membaca buku ini? Salah satu alasannya adalah karena negara Skandinavia ini disebut-sebut sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik. Fakta membuktikan bahwa hasil PISA (Programme for International Student Assesment) pertama pada 2001 Finlandia menempati peringkat 1 untuk reading, maths, dan sciences di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi.

Apa itu PISA? PISA diselenggarakan Organisation for Economic Cooperation and Development dengan tujuan mengevaluasi sistem pendidikan di lebih dari 70 negara. Cara mengevaluasinya yaitu dengan melihat kemampuan remaja usia 15 tahun dalam menggunakan konsep-konsep pelajaran yang sudah mereka pelajari.

Teach Like Finland ditulis oleh Timothy D. Walker, seorang guru yang sebelumnya mengajar di Boston, USA. Dia sering merasa tertekan dan stres karena pekerjaannya. Suatu ketika, Timothy pindah mengikuti istrinya yang berkebangsaan Finlandia.

Ketika Timothy D. Walker mulai mengajar kelas 5 di sebuah sekolah negeri di Helsinski, ia mencatat rahasia-rahasia di balik kesuksesan sekolah- sekolah Finlandia. Walker menuliskan artikel-artikel di Atlantic yang menuai tanggapan antusias. Dalam buku ini, ia mengumpulkan semua temuan tersebut, dan menjelaskan pada para pengajar, cara untuk mengimplementasikannya. 

 

Pendekatan Finlandia ternyata lebih lunak contohnya hari sekolah yang pendek, beban PR yang ringan, dan sedikitnya tes dengan standar tertentu. Hal ini telah mematahkan pandanga tradisional tentang bagaimana mendapat hasil belajar yang luar biasa.

 

Berikut daftar isinya:

  1. Kesejahteraan

·         Jadwal istirahat otak

·         Belajar sambil bergerak

·         Recharge sepulang sekolah

·         Menyederhanakan ruang

·         Menghirup udara segar

·         Masuk ke alam liar

·         Menjaga kedamaian

  1. Rasa Dimiliki

·         Mengenal setiap anak

·         Bermain dengan murid-murid

·         Merayakan pembelajaran mereka

·         Mengejar mimpi kelas

·         Menghapus perisakan (bullying)

·         Berkawan

  1. Kemandirian

·         Mulai dengan kebebasan

·         Meninggalkan batas

·         Menawarkan pilihan

·         Buat rencana bersama siswa Anda

·         Buat jadi nyata

·         Tuntutan tanggung jawab

  1. Penguasaan

·         Ajarkan hal-hal mendasar

·         Gunakan buku pegangan

·         Manfaatkan teknologi

·         Memasukkan musik

·         Menjadi pelatih

·         Buktikan pembelajaran

·         Mendiskusikan Nilai

  1. Pola Pikir

·         Mencari flow

·         Berkulit tebal

·         Kolaborasi lewat kopi

·         Menyambut para ahli

·         Melepaskan diri untuk berlibur

·         Jangan lupa bahagia

Strategi paling penting dalam buku ini sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana. Jangan lupa bahagia. Rupanya inilah yang menjadi filosofi penting pendidikan Finlandia. Kebahagiaan harus diraih dalam proses belajar-mengajar. Finlandia menghargai kebahagiaan di atas pencapaian.

Menurut Seppala dalam Happiness Track, “Penelitian yang dilakukan dekade demi dekade telah menunjukkan bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari kesuksesan melainkan kunci dari keukesan”. Pondasi untuk merasakan kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan pokok.

Raj Raghunathan, profesor dari Sekolah McCombs, Universitas Texas di Austin dan pengarang If You’re So Smart, Why Aren’t You Happy (2016), mengajukan 4 bahan kebahagiaan (jika kebutuhan dasar seperti makanan dan papan telah terpenuhi): rasa memiliki (keterlibatan), kemandirian, penguasaan, dan pola pikir (Pinsker, 2016). Satu bahan yang Walker tambahkan ke dalam daftar ini adalah kesejahteraan, yang ia lihat sebagai fondasi untuk mengembangkan komponen lainnya. Dalam buku ini, Walker telah menyusun 33 strategi sederhana terkait 5 bahan kebahagiaan yang diterapkan dalam konteks kelas yang menyenangkan.

KESEJAHTERAAN

Kesehatan fisik peserta didik

Sekolah di Finlandia memiliki aturan jam istirahat yang cukup unik. Setiap pergantian jam pelajaran, diselingi dengan istirahat 15 menit. Dalam waktu 15 menit, anak-anak bisa meregangkan badan, menghirup udara segar, ataupun sekedar membaca buku. Jeda istirahat diyakini penting untuk mengistirahatkan otak sehingga kita lebih mudah dalam menyerap informasi-informasi setelahnya.

Para pendidik di Sekolah Dasar Eagle Mountain di Forth Worth, Texas, melaporkan suatu perubahan yang signifikan dalam diri siswa, yang mendapatkan 4 kali istirahat 15 menit setiap hari; sebagai contoh, mereka menjadi lebih fokus, dan mereka jarang mengeluh lagi. Seorang guru kelas satu bahkan melihat bahwa siswanya berhenti mengunyah-ngunyah pensil (Connelly, 2016).

Finlandia juga menaruh perhatian besar terhadap kesehatan fisik peserta didik. Pemerintah Finlandia menginisiasi gerakan Finnish Schools on the Move. Salah satu yang dilakukan di sekolah tempat Timothy mengajar adalah dengan dibentuknya recess activator atau penggiat istirahat. Penggiat istirahat ini adalah murid tingkat atas yang sepekan sekali akan mengajak murid yang lebih muda untuk memainkan suatu permainan. Untuk anak-anak tingkat menengah, sekolah bisa memberi waktu 30 menit setiap hari untuk aktivitas fisik. Tujuan dari gerakan ini semata hanya untuk memastikan bahwa pelajar tetap aktif dan sehat.

Belajar sambil bergerak

Penelitian menunjukkan bahwa  kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (ingatan & pehatian) dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental (Walker, 2015).

Dalam Rapor Finlandia 2014 mengenai Kegiatan Fisik untuk Anak-anak dan Kaum Muda, anak-anak di Finlandia mendapat nilai D untuk semua tingkat kegiatan fisik. Di tahun 2013 satu studi mengungkapkan bahwa hanya separuh siswa sekolah dsar Finlandia yang mampu memenuhi standar nasional yaitu setidakya terlibat dalam 1 jam kegiatan fisik sedang hingga berat setiap hari. Di antara siswa sekolah menengah angkanya bahkan lebih buruk 17% (Walker, 2015).

Recharge Sepulang Sekolah

Beban mengajar full time rutin di sekolah Helsinki hanya 24 jam per minggu, jika istirahat 15 menit ikut dihitung hanya 18 jam tatapmuka per minggu. Jadi di sana guru juga memiliki banyak waktu untuk membahagiakan diri mereeka sendiri. Contohnya dengan mengobrol dengan guru lainnya sambil meminum kopi serta dengan pulang tepat waktu.

Rutinitas mengisi ulang tidak hanya berlaku bagi guru tapi juga bagi siswa. Siswa juga pulang tepat waktu, tidak ada tambahan jam atau semacamnya. Mengenai PR, banyak diinformasikan di internet atau media lainnya bahwa guru tidak memberikan PR di Finlandia. Sayangnya itu tidak benar. PR tetap ada namu PR yag diberikan juga seminimal mungkin sehngga siswa memiliki lebih banyak waktu untuk mengisi ulang di malam hari. 

Menyederhanakan Ruang

Guru di Finlandialebih suka meminimalkan jumlah barang yang ditempel di tembok kels dan lorong-lorong. Rupanya ini menjadi sifat alami mereka.

Mantra “sedikit itu banyak” diamini oleh orang Finlandia, ini dibuktikan dengan desain orang Finlandia yang minimalis. Ternyata berdasarkan penelitian, ruang kelas yang memiliki terlalu banyak dekorasi berpotensi membuat siswa sulit fokus pada pelajaran.

Menghirup Udara Segar

Dalam poin ini diceritakan pentingnya membuka jendela terutama untuk ruang kelas yang pengap. Siswa Finlandia terbiasa melakukan hal ini. Di Finlandia bahkan ada beberapa peraturan yang sangat jelas tentang berapa banyak siswa yang boleh berada di satu ruangan.

Bagaimana orang Finlandia sangat menghargai udara segar terlihat dari seringnya orangtua yang membiarkan bayi mereka yang sedang tidur dalam kereta bayi di balkon rumah walaupun udara sangat dingin. Alasannya karena bayi akan tidur lebih baik di luar ruangan.

Masuk ke alam liar

Louv menunjukkan dalam Last Child in the Woods ide pendidikan berbasis lingkungan yang telah berusia lebih dari 100 tahun.

Berikut ini beberapa kegiatan yang pernah dibuat dengan anak-anak sekolah dasar di Boston: menuliskan observasi dan menyelidiki jurnal-jurnal sains mengenai obyek alami (seperti batu, buah pohon cemara, dan bulu unggas) yang ditemukan di lapangan sekolah, mendokumentaskan kehidupan liar di sekitar halaman sekolah menggunakan kamera digital dan mengunggah foto-foto ke panduan online kami, serta mengumpulkan objek-objek alami, menguraikan dedaunan dan batu-batu besar, untuk diletakkan di habitat kecebong. Saya menyarankan Anda untuk mulai memikirkan tempat-tempat alami yang dapat digunakan yang mungkin jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan dari sekolah Anda.

Menjaga Kedamaian

Guru dan urid di sekolah di Finlandia terlihat tenang, tidak terburu-buru,dan bebas dari tekanan terutama dengan tradisi baik di rumah dan sekolah untuk bekerja atau belajar tanpa menggunakan alas kaki. Finlandia juga mengapresiasi keheningan yang terutama paling terasa saat perayaan Hari Kemerdekaan Finlandia. Hari kemerdekaan tidak dirayakan dengan kerumunan, kembang api, keramaian dll tapi dengan menyalakan lilin dalam sepi di rumah-rumah sambil mengenang para prajurit yang telah gugur.

RASA DIMILIKI

Mengenal Setiap Anak

Seorang anak penting untuk merasa dimiliki di sekolahnya. Guru sebisa mungkin mencoba untuk dekat dengan murid-muridnya. Mengenal setiap anak sangat penting, dapt diaplikasikan dengan berdiri di depan pintu dan menyapa siswa satu per satu. Salah satu cara guru-guru Finlandia dalam mendekatkan diri dengan anak-anak didiknya juga dengan makan bersama murid-murid. Tentu ini tidak setiap saat mereka lakukan, tetapi biasa dijadwalkan.

Bermain dengan murid-murid

Dalam poin ini dicontohkan Walker memimpin senam, bermain kick the can,main bingo, dll.

Merayakan pembelajara siswa

Menurut Timothy, rasa dimiliki dalam konteks kegiatan belajar-mengajar juga dapat hadir ketika kita merayakan hasil pembelajaran siswa. Di Finlandia, anak-anak sekolah umum (bukan sekolah kejuruan) bisa mendapatkan pendidikan vokasi seperti menjahit, memasak, bahkan kelas pertukangan kayu. Anak-anak di kelas memasak, misalnya, akan diberi waktu cukup untuk bisa menikmati bersama makanan yang telah mereka buat hari itu. Ketika pelajaran bahasa, misalnya, anak-anak akan diberi kesempatan untuk membacakan puisi yang telah dibuatnya di kelas.

Mengejar mimpi kelas

Kemah sekolah adalah perayaan belajar yang besar di Finlandia karena ini diselenggarakan di penghujung tahun ajaran sekolah. Untuk melaksanakan kemah ini siswa memiliki tanggung jawab besar karena mereka harus menggalag dana sendiri yang jumlahnya kadang sampai ribuan euro. Hal ini juga mendorong rasa kesatuankelas yang kuat.

Menghapus Bullying dengan KiVa

Bahkan di negara seperti Finlandia pun, kasus bullying di sekolah masih bisa ditemukan. Yang unik dari sekolah-sekolah di Finlandia adalah bagaimana mereka menyelesaikan kasus bullying melalui program nasional bernama KiVa. KiVa diambil dari bahasa Finlandia kiusaamista vastaan yang artinya menghapus bullying. Seperti apa program KiVa ini?

Katakanlah ada kasus bullying antara dua siswa. Siswa yang merasa menjadi korban dapat melapor ke guru untuk mengajukan pertemuan KiVa. Sebenarnya tidak harus siswa yang menjadi korban, tetapi teman ataupun guru yang melihat kasus bullying pun juga bisa melaporkan. Guru dan anak-anak yang berkonflik ini akan mengisi formulir untuk diserahkan kepada tim KiVa. Tim KiVa sendiri terdiri dari guru dan murid yang lebih tua. Pertemuan KiVa akan dihadiri oleh guru, dua pihak siswa, dan murid yang lebih tua sebagai fasilitator. Murid yang lebih tua ini, sebelumnya sudah mendapat pelatihan untuk bisa menjadi fasilitator KiVa. Dia akan membantu kedua pihak untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi bersama.

Menariknya, dalam KiVa, kata "maaf" bukanlah suatu kewajiban. Tujuan KiVa bukan untuk memaksa anak meminta maaf secara tidak sungguh-sungguh, tetapi untuk mencari dan menyelesaikan masalah. Usai pertemuan pertama, biasanya akan terdapat follow-up apakah masih terjadi masalah. Jika masalah tetap ada, maka orang tua akan dilibatkan.

KEMANDIRIAN

Tidak seperti di kebanyakan negara lain, anak kelas 5 di Finlandia pulang dan pergi sekolah sendiri tanpa diantar orang tua. Beberapa dari mereka menggunakan kereta bawah tanah, trem, berjalan kaki atau bersepeda. Bahkan seorang anak kelas 2 mengatakan selain pulang pergi sendiri, ia sering harus menyelesaikan pekerjaan rumah dan memasak camilan sendiri (telur goreng kegemarannya) karena saat pulang, orang tuanya sering kali tidak ada di rumah. Ternyata banyak dari anak-anak di Finlandia sudah pulang pergi sendiri sejak sebelum TK.

Anak-anak di Finlandia tampaknya lebih mandiri daripada teman-temannya di Amerika atau negara lain karena banyaknya kesempatan, di rumah atau sekolah untuk melakukan banyak hal sendiri, tanpa bantuan orang lain. Sehingga mereka lebih mampu mengarahkan dirinya sendiri sebagai pelajar.

Mulai dari Kebebasan

Contohnya adalah Minggu BelaJar Mandiri, di mana siswa dibiarkan belajar mandiri tanpa arahan guru. Di dalam kelas kadang anak-anak ingin melakukan hal-hal yang terlalu sulit mereka selesaikan secara mandiri. Misalnya memecahkan soal matematika yang sangat sulit atau membaca teks dengan tingkat baca di atas kemampuan mereka. Dalam hal ini guru memiliki 2 pilihan, membiarkan mereka menyelami tantangan ini atau menyetir mereka.

Siswa biasanya senang saat guru emberi lampu hijau pertanda guru mempercayai kemampuan mereka. Saat mereka gagal menyelesaikan tantangan itu pun, setidaknya mereka telah membuktikan pada diri mereka sendiri bahwa mereka belum cukup siap.

PENGUASAAN

Menurut Sahlberg, gap prestasi antara siswa Finlandia dengan Jepang, Korea dan Hong Kong cukup dekat. Siswa Finlandia tampaknya menguasai semua pengetahuan dan keahlian mereka tanpa bantuan tutor pribadi, kelas tambahan seusai sekolah, atau setumpuk PR seperti siswa Asia Timur. Lebih lanjut lagi, perbedaan performa pendidikan di antara sekolah-sekolah Finlandia yang menjadi sample dalam studi ini sangat kecil. Walaupun hasil akademik anak-anak berusia 15 tahun Finlandia terbenam dalam PISA tahun 2009, 2012, dan 2015, data PISA megungkapkan bahwa bangsa Nordik ini secara konsisten menunjukkan hasil pembelajaran yang tinggi tanpa menghiraukan status sosio ekonomi siswanya.

 

Ajarkan Hal-hal Mendasar & Gunakan Buku Pegangan

Dalam bab ini dijelaska bahwa guru Finlandia mengajarkan hal-hal mendasar dan masih menggunakan buku pegangan/paket untuk mengajar. Menurut mereka materi pembelajaran komersil yang solid bila digunakan denga strategis akan membantu anak-anak menguasai isi pembelajaran. Namun tentu isi buku paket yang digunakan pun hanya yang relevan.

Manfaatkan Teknologi

Setiap SD di lingkungan perkotaan miskin di Massachusetts memiliki lab Mac dengan 25 komputer baru yang diganti setiap beberapa tahun sekali. Mereka juga mempekerjakan guru IT full time. Sementara di Helsinki lab pertama yang dikunjungi Walker dilengkapi dengan 20 laptop, yang tampaknya dibeli 10 tahun sebelumnya. Beberapa di antaranya rusak atau terlihat perlu segera diganti. Setiap kelas memliki 1 komputer, kamera dokumentasi, proyektor, beberapa kelas memiliki smart board namun banyak guru kesulitan menggunakannya. Sekolah juga tidak mempekerjakan guru IT full time sehingga semua guru diharapkan melek teknologi.

Hal ini berbeda dengan ekspektasi kita semua yang ternyata integrasi teknologi di Finlandia bukan sebuah penekanan utama. Sementara tentu kita semua tidak percaya teknologi tidak diperlukan di dalam kelas. Meski demikian sekolah Finlandia telah membuktikan bahwa siswa dapat menguasai konten dan keterampilan yang pentig tanpa perlu membeli gawai dengan teknologi terbaru.

Memasukkan Musik

Siswa kelas 5 di Finlandia memiliki jumlah pelajaran matematika yang sama dengan jumlah pelajaran musik: 3 jam per minggu. Ternyata berdasarkan penelitian, musik dapat membantu memperbaiki keterampilan membaca dan bahasa siswa. Musik juga dapat mempengaruhi sistem syaraf untuk menciptakan pelajar yang lebih baik, membantu mengurangi jurang akademik antara yang mikin yang tidak sekolah dengan siswa yang sekolah, mengembangkan ingatan, fokus yang lebih besar dan komunikasi yang lebih baik.

Buktikan Pembelajaran & Mendiskusikan Nilai

Pendidik Finlandia menawarkan penilaian yang lebih lengkap daripada Amerika. Penilaian tradisional Finlandia adalah anak-anak di beberapa sekolah bahkan diberi peringkat berupa angka untuk setiap mata pelajaran di akhir semester mulai dari 4-10. Pada musim gugur 2016 sistem ini diganti pada 2016 dengan tidakmemberi nilai dengan angka-angka tapi dengan penilaian naratif.

Berikut contoh tes kelas 6 beberapa mata pelajaran:

Fisika: Jelaskan prinsip “pembumian”. Dalam penjelasanmu gunakan istilah “konduktor petir”. Tulis kalimat dan diagram dengan label untuk mendukung penjelasan Anda.

Geografi: Apakah perbedaan antara zona vegetasi dan zona iklim? Jelaskan dengan kata-katamu dan buatlah diagram jika diperlukan.

Sejarah: Mengapa orang-orang bermigrasi ke Finlandia? Jelaskan pemikiranmu.

Kimia: Bayangkan kamu diminta untuk mencari tahu apakah pasta gigi masuk asam atau basa. Berpikirlah seperti seorang ilmuwan, apa yang akan kamu lakukan?

Penilaian juga bisa dilakukan dalam diskusi, kerja kelompok, dan penilaian formatif.

Di Finlandia guru sering mendiskusikan nilai dengan masing-masing siswa. Hal ini dilakukan sebagai refleksi pembelajaran, bahan bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka.

POLA PIKIR

Orang Finlandia tampaknya memegang moto “bekerja untuk hidup”, bukan sebaliknya. Sehingga tidak seperti Amerika, mereka serius dalam bekerja, namun di waktu luang mereka tenggelam dengan hobi mereka masing-masing dan tidak menggunakan waktu tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan profesi mereka.

Bahan kelima kebahagiaan menurut Walker adalah pola pikir. Ini merupakan bahan paling krusial untuk membina kelas yang menyenangkan.Ada 2 pandangan predominan yang dibawa manusia dalam kehidupannya menurut Raj Raghunathan.Satu ekstrem menggunakan scarcity-minded (menekankan kelangkaan), dimana kemenangan saya berujung pada kekalahan orang lain. Yang kedua adalah abundance oriented (berorientasi pada kelimpahan), di mana ada ruang bagi orang lain untuk tumbuh.

Banyak guru Finlandia tampaknya menggunakan yang kedua. Mereka tidak bergantung pada guru lain, namun juga banyak berkolaborasi tanpa memandang satu sama lain sebagai pesaing.

Berkulit Tebal

Guru harus percaya  diri bahwa ia adalah profesional, dan memiliki keahlian sebagai guru. Ia harus memiliki tekad dan berani menghadapi kesulitan terutama dalam hal menghadapi kkecewaan orang tua terhadap dirinya.

Jangan Lupa Bahagia

Di seluruh dunia tampaknya mulai muncul gerakan untuk memprioritaskan kebahagiaan di lingkungan sekolah. Studi menunjukkan bahwa kesejahteraan siswa dan nilai tes standar secara signifikan didorong oleh kurikulum kebahagiaan. Di Finlandia sejak 2016, sekolah menerapkan kurikulum terbaru di mana kebahagiaan diberi tempat utama sebagai suatu konsep pembelajaran.

Menurut Walker sendiri sepertinya lebih mudah untuk tidak menomorsatukan kebahagiaan dalam ruang kelas. Namun ternyata kebahagiaan pula lah yang membuat Walker tetap mengajar. Sehingga strategi paling penting dalam buku ini sebenarnya “jangan lupa bahagia”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE GOLDEN STORIES OF KHADIJAH - Bag 2

RUMAH TANGGA PERTAMA DALAM ISLAM Rasul mencintai Khadijah dan sangat menghormatinya. Rasul bahkan menghormati sahabat-sahabat Khadijah sebagai penghormatan dan penghargaan padanya. Begitu pun Khadijah. Ia mencintai dan beriman pada suaminya, pada tujuan-tujuannya dan mencurahkan seluruh dirinya untuk itu. Kadijah yang kaya raya rela mengorbankan seluruh hartanya demi menunaikan dan menyebarkan agama Allah. Hartanya habis namun ketakwaannya bertambah. Kebesaran dan jasa Khadijah tidak hanya diakui Rasulullah dan orang-orang muslim, tetapi ia diakui dan mendapatkan penghormatan dan penghargaan langsung dari Allah. Dari pernikahan ini terlahir 4 orang anak yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah. Keempat anak ini disusui di luar Mekah untuk menghindari panas. Setelah disapih baru mereka diasuh ibu kandungnya. Khadijah menyerahkan semua urusan perdagangan pada suaminya, sementara urusan mengurus anak ia lakukan sendiri tanpa mengandalkan pembantu. Pembantu-pemban

KACAMATA

Mengenai apa-apa yang akan saya tuliskan di sini, saya sulit menemukan judul yang tepat. Awalnya saya hanya baca kutipan Ir. Soekarno dalam buku yang beliau tulis judulnya “Sarinah”. Bunyi kutipannya adalah: “Tidakkah banyak laki-laki yang mendewi-tolol-kan istrinya?” – Ir. Soekarno. Sebagai seorang yang pernah menikahi 9 istri, tidak sedikit yang menganggap beliau sebagai womanizer. Nah dengan buku “Sarinah” ini, tuduhan tersebut terbantahkan. Saya juga belum baca bukunya, tapi saya baca review-review nya di internet. :D Selain karena baca ini, saya juga akhir-akhir ini mengikuti salah satu feminis yang cukup aktif dan vokal di sosial media. Jadi sedikit banyak menginspirasi saya untuk menuliskan sesuatu tentang perempuan, terutama dari kaca mata laki-laki. KACAMATA PEREMPUAN Satu hal yang saya rasa sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan adalah bagaimana kita saling mempengaruhi secara seksual? Saya agak sulit membahasakannya. Yang saya maksud adalah mis

Gadang Lagi, Gadang Terus

Saya mulai menulis ini pada pukul 1.40 ditemani oleh suara ngorok suami yang kemungkinan besar besok akan menegur atau mungkin memarahi saya karena malam ini pun saya begadang, lagi.  Seperti tulisan sebelumnya tulisan kali ini pun akan berisi tentang curahan hati.  Dari Kebiasaan Sampai Tuntutan untuk Gadang Sejak SMA atau mungkin SMP? Pokoknya itu waktu-waktu saya sudah mulai tinggal jauh dari orang tua. Iya sejak itu saya memang punya kebiasaan tidur larut atau bangun tengah malam hanya untuk membaca buku atau sama sekali tak melakukan apapun. Kebiasaan itu terbawa sampai sekarang walaupun alasannya berbeda.  Karena Saya Seorang Ibu Alasan utama adalah anak. Anak saya yang baru 17 bulan masih suka bangun setiap sekian jam untuk minta ASI. Beberapa teman saya yang sudah punya anak menceritakan kalau anak mereka makin besar dari sekitar usia empat bulanan lebih lelap tidur sampai pagi tanpa minta ASI. Itu tidak terjadi pada anak saya. Makin besar malah makin banyak dia konsumsi ASI. S