Langsung ke konten utama

THE GOLDEN STORIES OF KHADIJAH - Bag 2


RUMAH TANGGA PERTAMA DALAM ISLAM

Rasul mencintai Khadijah dan sangat menghormatinya. Rasul bahkan menghormati sahabat-sahabat Khadijah sebagai penghormatan dan penghargaan padanya. Begitu pun Khadijah. Ia mencintai dan beriman pada suaminya, pada tujuan-tujuannya dan mencurahkan seluruh dirinya untuk itu.

Kadijah yang kaya raya rela mengorbankan seluruh hartanya demi menunaikan dan menyebarkan agama Allah. Hartanya habis namun ketakwaannya bertambah.

Kebesaran dan jasa Khadijah tidak hanya diakui Rasulullah dan orang-orang muslim, tetapi ia diakui dan mendapatkan penghormatan dan penghargaan langsung dari Allah.

Dari pernikahan ini terlahir 4 orang anak yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah. Keempat anak ini disusui di luar Mekah untuk menghindari panas. Setelah disapih baru mereka diasuh ibu kandungnya. Khadijah menyerahkan semua urusan perdagangan pada suaminya, sementara urusan mengurus anak ia lakukan sendiri tanpa mengandalkan pembantu. Pembantu-pembantunya hanya mengerjakan pekerjaan yang tidak bersangkutan dengan anak-anaknya. Khadijah dan Muhammad bahkan tidak jarang membantu menyelesaikan pekerjaan pembantunya. Majikan membantu pembantu jelas terdengar aneh terutama dalam sejarah Arab.

Khadijah mengajarkan putri-putrinya untuk bekerja sejak kecil Contohnya ia berikan tugas kepada Zainab untuk mengasuh Fatimah. Segala kebutuhan Fatimah adalah tanggung jawab Zainab. Ia juga yang mengajak adiknya bermain.

KEANGGUNAN AKHLAK KHADIJAH

Ketika Khadijah meninggal, Rasulullah berusia 50 tahun. 13 tahun berikutnya dia menikah dengan 5 orang wanita Quraisy, 4 orang wanita dari kabilah Arab lain, dan 1 orang bani Israel. Hanya satu di antara meeka yang masih gadis, yang lainnya janda. Beliau juga menikahi seorang budak yang dihadiahkan oleh Muqauqis, penguasa Mesir.

Meski telah menikah lagi, Rasulullah tetap sangat mencintai Khadijah. Beliau bersabda, “Sebaik-baiknya wanita adalah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita dunia adalah Khadijah.”

Khadijah telah mendapat balasan yang setimpal dari Allah, ia dibangunkan sebuah rumah dari permata di surga dan di sana tak ada hiruk pikuk &rasa lelah.

ISTRI SETIA KECINTAAN RASULULLAH

“Demi Allah, tiada lagi pengganti yang lebih baik dari padanya, yang beriman saat semua orang ingkar, yang percaya padaku ketika semua orang mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya dan dari dirinyalah aku mendapatkan keturunan.” Hr. Ahmad

Khadijah adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi. Khadijah berkata, “Setidaknya engkau bisa mengajakku sebelum mengajak orang lain, karena aku percya kepadamu.”

Rasulullah begitu bahagia dan membacakan syahadat kepada Khadijah.

Aisyah, istri yang paling dicintai Nabi Saw mengatakan, “Meskipun saku tidak mengenal Khadijah, tetapi aku tidak pernah lebih cemburu kepada siapa pun kecuali kepadanya.”

Suatu hari Halah, saudara Khadijah menjenguk Rasulullah. Ia dan Khadijah memiliki suara yang mirip. Rasul menjadi gemetar karena mengingat Khadijah.

Aisyah sangat cemburu, “Mengapa engkau masih saja mengingat wanita tua yang telah meninggal dunia, sedangkan Allah telah memberimu istri-istri yang baik sebagai penggantinya?”

“Tidak, tidak, tidak. Aku tidak diberi pengganti sebaik dirinya. Dia beriman kepadaku ketika banyak orang mengingkariku. Ketika mereka menolakko, dia menjadi seorang muslimah. Dia melahirkah anak-anakku. Allah memberikan cintaku kepadanya.”

Rasulullah marah besar kepada Aisyah. Bahkan dalah hadis riwayat Imam Thabrani, Aisyah tak pernah melihat Rasul semurka itu. setelah kejadian itu, Aisyah tak pernah lagi mengungkit kenangan Rasul tentang Khadijah.

KESETIAAN CINTA YANG BERSEJARAH

Sejak menerima wahyu pertama, hidup Rasulullah dipenuhi penderitaan. Khadijah ikut mendakwahkan islam di samping suaminya. Di antara buah pertama upayanya adalah islamnya Zaid bin Haritsah dan keempat putrinya.

DERITA RASULULLAH DAN KHADIJAH DALAM PEMBOIKOTAN.

Pemboikotan kaum Quraisy berisi:
1.        Mereka tidak menikah dengan perempuan dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
2.        Mereka tidak menikahkan putri-putri mereka dengan pria-pria dari  Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
3.        Mereka tidak menjual suatu apa pun kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
4.        Mereka tidak membeli suatu apa pun dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.

Berlangsung selama 3 tahun dmulai dari tahun ke 7 kenabian. Bani Hasyim dan Bani Muththalib yang berjumlah 400 orang begitu kesulitan menjalani hidup. Saat itu mereka dilanda kelaparan hingga daun kering pun dimakan.

Khadijah memberikan banyak keping emas kepada Ali bin Abi Thalib untuk dia belikan air. Khadijah juga membag-bagikan makanan. Ia mengajak Ummi Kultsum dan Fatimah yang masing-masing berusia 13 dan 11 tahun untuk keluar ruham yang nyaman menuju padang pasir yang keras dan panas.

Rasulullah selalu berdoa agar penderitaan tersebut akan segera berakhir. Hingga suatu hari Allah mengabulkannya. Rasulullah menerima wahyu mengenai pemberitahuan bahwa rayap telah memakan naskah kesepakatan kaum Quraisy yang tergantung di Kabah. Semua yang tertulis di dalamnya lenyap, kecuali “Bismika Allahuma” yang berarti dengan namaMu yaAllah.

TAHUN DUKA CITA

Berakhirnya pemboikotan tidak berarti penderita Rasulullah telah berakhir. Abu Thalib, paman beliau atau ayah dari Ali, meninggal. Saat itu Rasul menangis.

Rasul banyak teringat tentang kebaikan Abu Thalib. Salah satunya ketika Rasulullah dilumuri kaum Quraisy dengan kotoran ternak dan darah. Abu Thalib membawa pedangnya dan menghampiry Quraisy tersebut dan mengancam akan memenggal mereka bila mereka berdiri dari tempat duduknya. Ia kemudian menyuruh pembantunya melemparkan kotoran ternak & darah ke wajah dan pakaian mereka.

Rasul juga mengingat ketika beliau dan Ali tengah melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi. Abu Thalib bertanya, “Agama apa yang engkau anut ini, wahai keponakanku?”

Rasulullah menjelaskan bahwa agama ini menyeru kepada manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit & bumi, beserta seluruh isinya. Sejenak Abu Thalib terdiam, lalu berkata. “Muhammad, keponakanku, aku tidak bisa meninggalkan agamaku dan agama leluhurku. Tetapi, demi Allah, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu selama aku masih hidup.”

Ia lalu menoleh kepada Ali. “Wahai anakku, agama apakah yang engkau anut ini?”

Ali menjawab tegas, “Ayahku, aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku percaya kepada apa yang dibawa Rasulullah. Aku melakukan salat bersamanya. Aku mematuhinya.”

Ayahnya menatap Ali dengan rasa sayang. “Kalau ia mengajakmu kepada kebaikan, taatlah kepadanya.”

Sesuai hadis shahih Bukhari & Muslim, Abu Thalib meninggal dalam keadaan kafir. Rasulullah menghampiri pamannya yang sedang sakaratul maut dan menuntunnya untuk mengatakan tiada Tuhan selain Allah. Namun pamannya berkata bahwa dirinya memilih agama Abdul Mutthalib dan menolak untuk mengatakan kalimat Tauhid.

Meski demikian, Rasulullah tetap bersabda, “Sungguh, demi Allah, aku masih akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang untuk melakukannya.”

Maka Allah turunkan larangan bagi Rasulullah untuk mendoakan orang kafir termasuk pamannya sendiri, QS Al-Taubah ayat 113 dan QS Al Qashash ayat 56.

Sepeninggal Abu Thalib, kaum Quraisy menganiaya Rasulullah dengan penganiayaaan yang belum pernah beliau alami sebelumnya. Rasul pernah ditantang dan dimaki Syahdam, orang musyrik paling bodoh saat itu. ia menebarkan debu di kepala Rasulullah tanpa dibalas Rasul. Beliau pulang dengan demu di kepalanya. Lalu dibersihkan Fatimah sambil menangis.

Setelah 3 hari Abu Thalib wafat, Rasulullah dikeroyok oleh kaum Quraisy, beliau didorong, ditarik dan dipukuli. Beliau hanya bisa berdoa memohon pertolongan Allah. Dan pertolongan itu datang melalui Abu Bakar yang kemudian diperlakukan sama oleh kaumj Quraisy.

Sementara itu, setelah wafatnya Abu Thalib, kondisi Khadijah terus memburuk. Ia kurus & tergolek di tempat tidur. Setelah 25 tahun mendampingi suaminya, Khadijah meninggal. Maka tahun itu disebut ammul huzni atau tahun duka cita di mana Rasulullah kehilangan 2 orang yang telah melindunginya.

Khaulah berkata bahwa Rasulullah terlihat selalu resah setelah wafatnya Khadijah. Lalu Rasulullah berkata, “Ya itu benar. Dia adalah ibu semua keluarga dan ibu rumah tangga. Selama ia hidup aku tidak pernah menikah dengan wanita lain dan tidak ada istri yang kucintai selain dia.”

KETURUNAN SUCI RASULULLAH-KHADIJAH

1.        Qasim bin Muhammad.
Ia adalah putra pertama Rasulullah., lahir di Mekkah sebelum ia diangkat menjadi Rasul. Jarang sekali ada buku yang membahas Qasim. Para sejarawan berpendapat bahwa Qasim meninggal saat berusia 2 tahun.

2.        Abdullah bin Muhammad
Abdullah terlahir setelah Nabi Muhammad diangkat jadi rasul. Ia meninggal sebelum berusia dua tahun. Ia bahkan belum disapih saat itu.

Selain 2 orang putra ini, Rasulullah juga mengangkat Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Beliau juga dikaruniai seorang putra bernama Ibrahim dari pernikahan bersama Mariyah Al Kibtiyah. Kehadiran Ibrahim membuat istri-istri lain Rasul begitu cemburu, salah satunya Aisyah. Ketika Rasulullah menggendong Ibrahim, menunjukkannya dengan bangga pada Aisyah, Aisyah mengatakan diantara Rasulullah dan Ibrahim tak ada kemiripan sama sekali. Lagi-lagi kebahagiaan Rasulullah tidak berlangsung lama karena Ibrahim meninggal di usia 18 bulan.

3.        Zainab binti Muhammad

Zainab, putri tertua Rasulullah lahir ketika ayahnya berusia 30 tahun dan ibunya 45 tahun. Zainab menkah dengan Abul Ash, kaum Quraisy yang dijuluki al amin kedua. Pernikahan ini berlangsung sebelum Nabi diangkat Rasul. Setelah pengangkatan Nabi menjadi Rasul, Abul Ash menolak untuk beriman kepada Allah dan Rasul.

Suatu hari ketika Rasul sudah hijrah ke Madinah, peperangan antara Rasul dengan kaum Quraisy terus berlanjut. Abul Ash menyuruhnya pergi menyusul ayahnya. Saat itu Zainab hamil 4 ulan dan mengalami keguguran karena banyak kaum Qurais yang mengejarnya, dan ia terjatuh dari untanya.

Setelah 6 tahun menanti keislaman suaminya, suatu hari Abul Ash menemui Zainab di Madinnah. Ia diburu oleh kaum muslimin dan dirampas hartanya. Zainab melindunginya namun ayahnya berkata, “Putriku rasa sayangmu dan penghargaanmu kepadanya jangan kelewat batas. Da tidak dihalalkan untukmu.”

Karena Rasulullah, kaum muslimin mengembalikan harta Abul Ash. Abul Ash kembali ke Mekah dan saat itulah ia beriman dan pergi ke Madinah bersatu kembali dengan Zainab dan anak-anaknya. PADA TAHUN 8 Hijriyah Zainab wafat karena penyakit yang dideritanya setelah jatuh dari unta.

Abul Ash meninggal di tahun ke 12 Hijriyah, masa khalifah Abu Bakar.

Keturunan Zainab adalah Ali & Umamah. Umamah sangat disayangi ayahnya dan kakeknya karena kemiripannya dengan Zainab.. kelak ia menjadi istri Ali bin Abi Thalib setelah Fatimah wafat hingga Ali dibunuh oleh Abdullah bin Muljam.

Umamah dinikahi lagi oleh Mughirah dan hingga wafat ia tidak memiliki keturunan. Ali bin Abul Ash pun mati muda. Sehingga habis lah keturunah Zainab.

4.        Ruqayyah dan Ummi Kultsum

Ruqayyah dan Ummi Kultsum saat berusia 7 dan 6 tahun dipinang oleh ptra Abu Lahab yaitu Utbah dan Utaibah. Khadijah begitu resah mengingat calon ibu mertua mereka, Ummu Jamil adalah ibu yang kasar dan sombong. Ruqayyah dan Ummi Kultsum juga selalu murung dan tidak bahagia seperti Zainab saat akan dinikahkan. Namun pernikahan itu terjadi pula.

Suatu hari mendengar kabar kerosulan nabi Muhammad, Abu Lahab begitu murka dan memerintahkan anak-anaknya untuk menceraikan istri-istri mereka. Ia semakin murka setelah turun QS Al Lahab yang berisi cercaan terhadapnya. Walau demikian, dalam keluarga Abu Lahab, Ummu Jamil sebetulnya adalah pengendali mereka.

Ruqayyah dan Ummu Kultsum kembali kepada orang tuanya tanpa sempat dicampuri suaminya. Ruqayyah kemudian dinikahi Ustman bin Affan hingga Ruqayyah meninggal karena sakit. Kemudian Ustman menikah lagi dengan Ummi Kultsum. Sehingga khalifah ke 3 ini dijuluki pemilik dua cahaya.

Khalifah ke 3 ini sudah lanjut usia, berperangai lembut, banyak berbuat kebaikan dan amat sabar. Ia suatu hari meninggal, dibunuh di dalam rumahnya oleh sekelompok pemberontak di depan kedua istrinya setelah Ummu Kultsum.

5.        Fatimah binti Muhammad



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KACAMATA

Mengenai apa-apa yang akan saya tuliskan di sini, saya sulit menemukan judul yang tepat. Awalnya saya hanya baca kutipan Ir. Soekarno dalam buku yang beliau tulis judulnya “Sarinah”. Bunyi kutipannya adalah: “Tidakkah banyak laki-laki yang mendewi-tolol-kan istrinya?” – Ir. Soekarno. Sebagai seorang yang pernah menikahi 9 istri, tidak sedikit yang menganggap beliau sebagai womanizer. Nah dengan buku “Sarinah” ini, tuduhan tersebut terbantahkan. Saya juga belum baca bukunya, tapi saya baca review-review nya di internet. :D Selain karena baca ini, saya juga akhir-akhir ini mengikuti salah satu feminis yang cukup aktif dan vokal di sosial media. Jadi sedikit banyak menginspirasi saya untuk menuliskan sesuatu tentang perempuan, terutama dari kaca mata laki-laki. KACAMATA PEREMPUAN Satu hal yang saya rasa sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan adalah bagaimana kita saling mempengaruhi secara seksual? Saya agak sulit membahasakannya. Yang saya maksud adalah mis

REVIEW BUKU: JAMINAN – YUSUF MANSUR

Assalammualaikum, nulis lagi di era new normal, habis ramadhan, habis lebaran, hampir setahun menikah, sudah lahiran juga alhamdulillah. Ternyata banyak yang berubah. Baru kali ini nulis di blog sambil nunggu bayi yang lagi tidur. Semoga jadi anak soleh. Yang saya tulis ini  isi buku "Jaminan" dari ust. Yusuf Mansur  versi visual nya bisa ditonton di sini:  https://www.youtube.com/watch?v=r_cJS4h5Nxw Semoga bermanfaat.  *** “Hidup kita sejatinya sudah dijamin oleh Allah, Sang Maha Penjamin. Asalkan kita jaga segel-segelnya. Jangan dirusak.” GARANSI Jaminan Allah itu seperti garansi barang ori. Dalam QS Huud:6: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata(Lauh Mahfuz).” Urusan rezeki adalah sepenuhnya urusan Allah, bukan urusan kita, makhluk. Tak akan habis kekayaan Allah karena menjamin