RUMAH TANGGA PERTAMA
DALAM ISLAM
Rasul
mencintai Khadijah dan sangat menghormatinya. Rasul bahkan menghormati
sahabat-sahabat Khadijah sebagai penghormatan dan penghargaan padanya. Begitu
pun Khadijah. Ia mencintai dan beriman pada suaminya, pada tujuan-tujuannya dan
mencurahkan seluruh dirinya untuk itu.
Kadijah
yang kaya raya rela mengorbankan seluruh hartanya demi menunaikan dan
menyebarkan agama Allah. Hartanya habis namun ketakwaannya bertambah.
Kebesaran
dan jasa Khadijah tidak hanya diakui Rasulullah dan orang-orang muslim, tetapi
ia diakui dan mendapatkan penghormatan dan penghargaan langsung dari Allah.
Dari
pernikahan ini terlahir 4 orang anak yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan
Fatimah. Keempat anak ini disusui di luar Mekah untuk menghindari panas.
Setelah disapih baru mereka diasuh ibu kandungnya. Khadijah menyerahkan semua
urusan perdagangan pada suaminya, sementara urusan mengurus anak ia lakukan
sendiri tanpa mengandalkan pembantu. Pembantu-pembantunya hanya mengerjakan
pekerjaan yang tidak bersangkutan dengan anak-anaknya. Khadijah dan Muhammad
bahkan tidak jarang membantu menyelesaikan pekerjaan pembantunya. Majikan
membantu pembantu jelas terdengar aneh terutama dalam sejarah Arab.
Khadijah
mengajarkan putri-putrinya untuk bekerja sejak kecil Contohnya ia berikan tugas
kepada Zainab untuk mengasuh Fatimah. Segala kebutuhan Fatimah adalah tanggung
jawab Zainab. Ia juga yang mengajak adiknya bermain.
KEANGGUNAN AKHLAK
KHADIJAH
Ketika
Khadijah meninggal, Rasulullah berusia 50 tahun. 13 tahun berikutnya dia
menikah dengan 5 orang wanita Quraisy, 4 orang wanita dari kabilah Arab lain,
dan 1 orang bani Israel. Hanya satu di antara meeka yang masih gadis, yang
lainnya janda. Beliau juga menikahi seorang budak yang dihadiahkan oleh
Muqauqis, penguasa Mesir.
Meski
telah menikah lagi, Rasulullah tetap sangat mencintai Khadijah. Beliau
bersabda, “Sebaik-baiknya wanita adalah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita
dunia adalah Khadijah.”
Khadijah
telah mendapat balasan yang setimpal dari Allah, ia dibangunkan sebuah rumah
dari permata di surga dan di sana tak ada hiruk pikuk &rasa lelah.
ISTRI SETIA KECINTAAN
RASULULLAH
“Demi
Allah, tiada lagi pengganti yang lebih baik dari padanya, yang beriman saat
semua orang ingkar, yang percaya padaku ketika semua orang mendustakan, yang
mengorbankan semua hartanya dan dari dirinyalah aku mendapatkan keturunan.” Hr.
Ahmad
Khadijah
adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi. Khadijah berkata, “Setidaknya
engkau bisa mengajakku sebelum mengajak orang lain, karena aku percya
kepadamu.”
Rasulullah
begitu bahagia dan membacakan syahadat kepada Khadijah.
Aisyah,
istri yang paling dicintai Nabi Saw mengatakan, “Meskipun saku tidak mengenal
Khadijah, tetapi aku tidak pernah lebih cemburu kepada siapa pun kecuali
kepadanya.”
Suatu
hari Halah, saudara Khadijah menjenguk Rasulullah. Ia dan Khadijah memiliki
suara yang mirip. Rasul menjadi gemetar karena mengingat Khadijah.
Aisyah
sangat cemburu, “Mengapa engkau masih saja mengingat wanita tua yang telah
meninggal dunia, sedangkan Allah telah memberimu istri-istri yang baik sebagai
penggantinya?”
“Tidak,
tidak, tidak. Aku tidak diberi pengganti sebaik dirinya. Dia beriman kepadaku
ketika banyak orang mengingkariku. Ketika mereka menolakko, dia menjadi seorang
muslimah. Dia melahirkah anak-anakku. Allah memberikan cintaku kepadanya.”
Rasulullah
marah besar kepada Aisyah. Bahkan dalah hadis riwayat Imam Thabrani, Aisyah tak
pernah melihat Rasul semurka itu. setelah kejadian itu, Aisyah tak pernah lagi
mengungkit kenangan Rasul tentang Khadijah.
KESETIAAN
CINTA YANG BERSEJARAH
Sejak
menerima wahyu pertama, hidup Rasulullah dipenuhi penderitaan. Khadijah ikut
mendakwahkan islam di samping suaminya. Di antara buah pertama upayanya adalah
islamnya Zaid bin Haritsah dan keempat putrinya.
DERITA RASULULLAH DAN
KHADIJAH DALAM PEMBOIKOTAN.
Pemboikotan
kaum Quraisy berisi:
1.
Mereka tidak menikah dengan perempuan
dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
2.
Mereka tidak menikahkan putri-putri
mereka dengan pria-pria dari Bani Hasyim
dan Bani Muththalib.
3.
Mereka tidak menjual suatu apa pun
kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
4.
Mereka tidak membeli suatu apa pun dari
Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Berlangsung
selama 3 tahun dmulai dari tahun ke 7 kenabian. Bani Hasyim dan Bani Muththalib
yang berjumlah 400 orang begitu kesulitan menjalani hidup. Saat itu mereka
dilanda kelaparan hingga daun kering pun dimakan.
Khadijah
memberikan banyak keping emas kepada Ali bin Abi Thalib untuk dia belikan air. Khadijah
juga membag-bagikan makanan. Ia mengajak Ummi Kultsum dan Fatimah yang
masing-masing berusia 13 dan 11 tahun untuk keluar ruham yang nyaman menuju
padang pasir yang keras dan panas.
Rasulullah
selalu berdoa agar penderitaan tersebut akan segera berakhir. Hingga suatu hari
Allah mengabulkannya. Rasulullah menerima wahyu mengenai pemberitahuan bahwa
rayap telah memakan naskah kesepakatan kaum Quraisy yang tergantung di Kabah.
Semua yang tertulis di dalamnya lenyap, kecuali “Bismika Allahuma” yang berarti
dengan namaMu yaAllah.
TAHUN DUKA CITA
Berakhirnya
pemboikotan tidak berarti penderita Rasulullah telah berakhir. Abu Thalib,
paman beliau atau ayah dari Ali, meninggal. Saat itu Rasul menangis.
Rasul
banyak teringat tentang kebaikan Abu Thalib. Salah satunya ketika Rasulullah
dilumuri kaum Quraisy dengan kotoran ternak dan darah. Abu Thalib membawa
pedangnya dan menghampiry Quraisy tersebut dan mengancam akan memenggal mereka
bila mereka berdiri dari tempat duduknya. Ia kemudian menyuruh pembantunya
melemparkan kotoran ternak & darah ke wajah dan pakaian mereka.
Rasul
juga mengingat ketika beliau dan Ali tengah melaksanakan shalat secara
sembunyi-sembunyi. Abu Thalib bertanya, “Agama apa yang engkau anut ini, wahai
keponakanku?”
Rasulullah
menjelaskan bahwa agama ini menyeru kepada manusia untuk menyembah Allah Yang
Maha Esa, Pencipta langit & bumi, beserta seluruh isinya. Sejenak Abu
Thalib terdiam, lalu berkata. “Muhammad, keponakanku, aku tidak bisa
meninggalkan agamaku dan agama leluhurku. Tetapi, demi Allah, aku tidak akan
membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu selama aku masih hidup.”
Ia
lalu menoleh kepada Ali. “Wahai anakku, agama apakah yang engkau anut ini?”
Ali
menjawab tegas, “Ayahku, aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku percaya
kepada apa yang dibawa Rasulullah. Aku melakukan salat bersamanya. Aku
mematuhinya.”
Ayahnya
menatap Ali dengan rasa sayang. “Kalau ia mengajakmu kepada kebaikan, taatlah
kepadanya.”
Sesuai
hadis shahih Bukhari & Muslim, Abu Thalib meninggal dalam keadaan kafir.
Rasulullah menghampiri pamannya yang sedang sakaratul maut dan menuntunnya
untuk mengatakan tiada Tuhan selain Allah. Namun pamannya berkata bahwa dirinya
memilih agama Abdul Mutthalib dan menolak untuk mengatakan kalimat Tauhid.
Meski
demikian, Rasulullah tetap bersabda, “Sungguh, demi Allah, aku masih akan
memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang untuk melakukannya.”
Maka
Allah turunkan larangan bagi Rasulullah untuk mendoakan orang kafir termasuk
pamannya sendiri, QS Al-Taubah ayat 113 dan QS Al Qashash ayat 56.
Sepeninggal
Abu Thalib, kaum Quraisy menganiaya Rasulullah dengan penganiayaaan yang belum
pernah beliau alami sebelumnya. Rasul pernah ditantang dan dimaki Syahdam,
orang musyrik paling bodoh saat itu. ia menebarkan debu di kepala Rasulullah
tanpa dibalas Rasul. Beliau pulang dengan demu di kepalanya. Lalu dibersihkan
Fatimah sambil menangis.
Setelah
3 hari Abu Thalib wafat, Rasulullah dikeroyok oleh kaum Quraisy, beliau
didorong, ditarik dan dipukuli. Beliau hanya bisa berdoa memohon pertolongan
Allah. Dan pertolongan itu datang melalui Abu Bakar yang kemudian diperlakukan
sama oleh kaumj Quraisy.
Sementara
itu, setelah wafatnya Abu Thalib, kondisi Khadijah terus memburuk. Ia kurus
& tergolek di tempat tidur. Setelah 25 tahun mendampingi suaminya, Khadijah
meninggal. Maka tahun itu disebut ammul huzni atau tahun duka cita di mana
Rasulullah kehilangan 2 orang yang telah melindunginya.
Khaulah
berkata bahwa Rasulullah terlihat selalu resah setelah wafatnya Khadijah. Lalu
Rasulullah berkata, “Ya itu benar. Dia adalah ibu semua keluarga dan ibu rumah
tangga. Selama ia hidup aku tidak pernah menikah dengan wanita lain dan tidak
ada istri yang kucintai selain dia.”
KETURUNAN SUCI
RASULULLAH-KHADIJAH
1.
Qasim bin Muhammad.
Ia adalah putra pertama Rasulullah., lahir di Mekkah
sebelum ia diangkat menjadi Rasul. Jarang sekali ada buku yang membahas Qasim.
Para sejarawan berpendapat bahwa Qasim meninggal saat berusia 2 tahun.
2.
Abdullah bin Muhammad
Abdullah terlahir setelah Nabi Muhammad diangkat
jadi rasul. Ia meninggal sebelum berusia dua tahun. Ia bahkan belum disapih
saat itu.
Selain 2 orang putra ini, Rasulullah juga mengangkat
Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Beliau juga dikaruniai seorang putra
bernama Ibrahim dari pernikahan bersama Mariyah Al Kibtiyah. Kehadiran Ibrahim
membuat istri-istri lain Rasul begitu cemburu, salah satunya Aisyah. Ketika
Rasulullah menggendong Ibrahim, menunjukkannya dengan bangga pada Aisyah,
Aisyah mengatakan diantara Rasulullah dan Ibrahim tak ada kemiripan sama
sekali. Lagi-lagi kebahagiaan Rasulullah tidak berlangsung lama karena Ibrahim
meninggal di usia 18 bulan.
3.
Zainab binti Muhammad
Zainab, putri tertua Rasulullah lahir ketika ayahnya
berusia 30 tahun dan ibunya 45 tahun. Zainab menkah dengan Abul Ash, kaum
Quraisy yang dijuluki al amin kedua. Pernikahan ini berlangsung sebelum Nabi
diangkat Rasul. Setelah pengangkatan Nabi menjadi Rasul, Abul Ash menolak untuk
beriman kepada Allah dan Rasul.
Suatu hari ketika Rasul sudah hijrah ke Madinah,
peperangan antara Rasul dengan kaum Quraisy terus berlanjut. Abul Ash
menyuruhnya pergi menyusul ayahnya. Saat itu Zainab hamil 4 ulan dan mengalami
keguguran karena banyak kaum Qurais yang mengejarnya, dan ia terjatuh dari
untanya.
Setelah 6 tahun menanti keislaman suaminya, suatu hari
Abul Ash menemui Zainab di Madinnah. Ia diburu oleh kaum muslimin dan dirampas
hartanya. Zainab melindunginya namun ayahnya berkata, “Putriku rasa sayangmu
dan penghargaanmu kepadanya jangan kelewat batas. Da tidak dihalalkan untukmu.”
Karena Rasulullah, kaum muslimin mengembalikan harta
Abul Ash. Abul Ash kembali ke Mekah dan saat itulah ia beriman dan pergi ke
Madinah bersatu kembali dengan Zainab dan anak-anaknya. PADA TAHUN 8 Hijriyah
Zainab wafat karena penyakit yang dideritanya setelah jatuh dari unta.
Abul Ash meninggal di tahun ke 12 Hijriyah, masa
khalifah Abu Bakar.
Keturunan Zainab adalah Ali & Umamah. Umamah
sangat disayangi ayahnya dan kakeknya karena kemiripannya dengan Zainab.. kelak
ia menjadi istri Ali bin Abi Thalib setelah Fatimah wafat hingga Ali dibunuh
oleh Abdullah bin Muljam.
Umamah dinikahi lagi oleh Mughirah dan hingga wafat
ia tidak memiliki keturunan. Ali bin Abul Ash pun mati muda. Sehingga habis lah
keturunah Zainab.
4.
Ruqayyah dan Ummi Kultsum
Ruqayyah dan Ummi Kultsum saat berusia 7 dan 6 tahun
dipinang oleh ptra Abu Lahab yaitu Utbah dan Utaibah. Khadijah begitu resah
mengingat calon ibu mertua mereka, Ummu Jamil adalah ibu yang kasar dan
sombong. Ruqayyah dan Ummi Kultsum juga selalu murung dan tidak bahagia seperti
Zainab saat akan dinikahkan. Namun pernikahan itu terjadi pula.
Suatu hari mendengar kabar kerosulan nabi Muhammad,
Abu Lahab begitu murka dan memerintahkan anak-anaknya untuk menceraikan
istri-istri mereka. Ia semakin murka setelah turun QS Al Lahab yang berisi
cercaan terhadapnya. Walau demikian, dalam keluarga Abu Lahab, Ummu Jamil
sebetulnya adalah pengendali mereka.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum kembali kepada orang
tuanya tanpa sempat dicampuri suaminya. Ruqayyah kemudian dinikahi Ustman bin
Affan hingga Ruqayyah meninggal karena sakit. Kemudian Ustman menikah lagi
dengan Ummi Kultsum. Sehingga khalifah ke 3 ini dijuluki pemilik dua cahaya.
Khalifah ke 3 ini sudah lanjut usia, berperangai
lembut, banyak berbuat kebaikan dan amat sabar. Ia suatu hari meninggal,
dibunuh di dalam rumahnya oleh sekelompok pemberontak di depan kedua istrinya
setelah Ummu Kultsum.
5.
Fatimah binti Muhammad
Komentar
Posting Komentar