Langsung ke konten utama

Her Life Is (What?)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

hi all ☺️...

Not sure ada yang baca ini atau nggak, tapi untuk sekarang saya mau nulis ngalor ngidul sebagai first page menuju ratusan lainnya.

Pertama seperti judulnya, saya mau beberkan alasan kenapa "her life is". Walaupun ini terdengar random, absurd, atau mungkin alay, tapi for some reason saya suka dengan ini.

Saya merasa bisa nambahin (terutama) adjective apa pun setelah "be" atau "is" di situ. Intinya saya sedang dalam perjalanan untuk menemukan dan menjadikan diri saya menjadi apa pun yang akhirnya akan jadi lanjutan kalimat yang belum selesai itu.

Well, setelah dijelaskan pun mungkin masih terdengar random untuk sebagian orang. Hapunten ☺️...

Kedua, kenapa Jejak?
Ini juga salah satu kata favorit saya. Ini bukan blog pertama yang pernah saya buat, sebelumnya saya pernah juga buat blog dengan bawa-bawa "Jejak", tapi sayangnya ke delete, bencana.

Kalau dengar kata jejak yang kita pikirkan itu bekas tapak kaki ya. Jejak yang saya maksud adalah apa-apa yang saya tinggalkan jangan sampai nggak ada bekasnya atau tapaknya. Mungkin ini juga bisa jadi pengganti mesin waktu, saat saya mau balik ke masa lalu, saya udah punya jejaknya satu-satu. 

Lebih jauhnya saya maunya bisa buat jejak untuk orang lain juga, membuat sesuatu yang bermanfaat untuk mereka.

Tapi tujuan utamanya saya mau jadikan ini sebagai bukti eksistensi. Karena manusia itu pelupa, jejak ini saya buat untuk membuktikan kalau saya (pernah) ada.

Akhirnya, selamat datang dan saya akan usahakan untuk post mathematically 
Jadi you are most welcome untuk berkunjung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batas

  Saya menyadari betapa banyaknya batasan ketika kita ingin menulis karya sastra. Itu membuat saya merasa terkekang. Seperti bagaimana sebuah tulisan tak boleh mengandung SARA. Apa yang dimaksud di sini? Apakah karya seperti Da Vinci Code itu menurut aturan orang Indonesia dianggap SARA? Sebab di novel tersebut disinggung tentang keturunan Yesus yang masih hidup sampai masa ini. Kemudian apakah apabila kita menceritakan pembunuhan yang didasarkan pada kesalahan interpretasi pembunuh terhadap isi ayat-ayat dalam kitab tertentu itu juga SARA? Padahal plot cerita seperti ini di Negara lain malah sampai dibuat film. Lalu sebuah tulisan juga tak boleh mengandung unsur LGBTQ. Saya tidak membenarkan apalagi menormalisasi dan meromantisasi LGBTQ. Namun menurut saya bila sebuah karya menceritakan hal baik dari itu, misalnya seseorang yang berusaha keras untuk menyembuhkan diri (maaf, saya memang menganggap ini sebagai penyimpangan yang seharusnya bisa disembuhkan alias penyakit) dari ...

Pura-pura Sibuk, Sibuk Berpura-pura

 Assalammualaikum. Selamat malam. Menulis di sini untuk kasih update bahwa kehidupan saya terutama setelah menjadi ibu berubah berratus-ratus derajat sibuknya. Sesibuk itu? Iya, sesibuk itu. Kamu belum ngerasain ya yang namanya pingin 'me time' mesti melek tenga malem hanya demi nonton movie favorit misalnya, karena kalo bukan waktu tidur, ya...emang nggak ada waktu lain. Saya nggak anggap anak sebagai beban, tapi kalo dia bangun bahkan kalo dia tidur, perhatian dan seluruh jiwa raga saya hanya fokus ke dia. Dia lagi aktif banget belajar jalan. Jarang banget duduk lama, itungan detik. Sisanya jalan-jalan yang masih sempoyongan, belum ajeg dan dikit-dikit atu atau kejedot. Inget anak tuh bukan pemberian tapi titipan. Maka nggak bole ngasal pengasuhannya. Lalu saya masi berusaha untuk produktif dalam hal lain. Saya masi aktif bagiin info-info tentang pendidikan di IG, membaca dan meriviu buku di YouTube, jualan buku dan makanan sehat, dan yang udah diimpikan sejak lama adalah men...

KACAMATA

Mengenai apa-apa yang akan saya tuliskan di sini, saya sulit menemukan judul yang tepat. Awalnya saya hanya baca kutipan Ir. Soekarno dalam buku yang beliau tulis judulnya “Sarinah”. Bunyi kutipannya adalah: “Tidakkah banyak laki-laki yang mendewi-tolol-kan istrinya?” – Ir. Soekarno. Sebagai seorang yang pernah menikahi 9 istri, tidak sedikit yang menganggap beliau sebagai womanizer. Nah dengan buku “Sarinah” ini, tuduhan tersebut terbantahkan. Saya juga belum baca bukunya, tapi saya baca review-review nya di internet. :D Selain karena baca ini, saya juga akhir-akhir ini mengikuti salah satu feminis yang cukup aktif dan vokal di sosial media. Jadi sedikit banyak menginspirasi saya untuk menuliskan sesuatu tentang perempuan, terutama dari kaca mata laki-laki. KACAMATA PEREMPUAN Satu hal yang saya rasa sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan adalah bagaimana kita saling mempengaruhi secara seksual? Saya agak sulit membahasakannya. Yang saya maksud adalah mis...